Ali bin Abi Thalib

Beliau adalah putra paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sekaligus suami putri beliau, Fatimah radhiallahu ‘anha. Ali termasuk kerabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pertama masuk Islam. Kunyah beliau: Abu Hasan atau Abu Thurab.

Beliau dilahirkan sepuluh tahun sebelum diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan dididik dalam asuhan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau selalu mengikuti perang dan sering ditugasi membawa bendera. Hanya saja, beliau tidak mengikuti Perang Tabuk. Beliau memiliki banyak keutamaan, yang tidak dimiliki orang lain.

Ali dikenal sebagai orang yang pemberani, cerdas, dan memiliki banyak pengetahuan. Sehingga di masa Khalifah Umar radhiallahu ‘anhu, beliau dijadikan sebagai penasihat pribadi Khalifah. Khalifah Umar selalu melibatkan saran beliau dalam setiap permasalahan. Bahkan, beliau khawatir jika beliau menemui kasus permasalahan, sementara Ali tidak hadir dalam menyelesaikannya. Sampai, sebagian pakar nahwu menyebut persoalan nahwu yang sulit untuk dipecahkan dengan sebutan “قَضِيَّةٌ وَ لَا أَبَا حَسَن لَهَا” (masalah yang tidak memiliki keterangan dari Abu Hasan [Ali]).

Diriwayatkan bahwa Ali mengatakan, “Bertanyalah kalian kepadaku. Demi Allah, tidaklah kalian menanyakan sesuatu kepadaku kecuali akan aku jawab. Tanyalah kepadaku tentang kitab Allah. Demi Allah, tidak ada satu ayat pun kecuali aku mengetahui apakah diturunkan malam hari atau siang hari, diturunkan di dataran rendah atau di atas gunung.” Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma mengatakan, “Apabila datang keterangan dari Ali, kami tidak akan meninggalkannya.” Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas mengatakan, “Apa pun tafsir Alquran yang saya ambil maka itu dari Ali bin Abi Thalib.”

Beliau dibaiat sebagai khalifah yang keempat sepeninggal Khalifah Ar-Rasyid, Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu. Di masa kepemimpinan Ali bin Abi Thalib, ada dua kelompok ekstrim yang sesat.

Pertama: Kelompok Khawarij.

Kelompok ini tidak mengakui kepemimpinan Ali, bahkan mengafirkan beliau. Mereka berusaha menyembunyikan keutamaan Ali bin Abi Thalib dan berusaha menggulingkan kepemimpinan beliau. Kelompok ini bersikap ekstrim dalam menjelek-jelekan Ali radhiallahu ‘anhu.

Kedua: Kelompok Rafidhah.

Kebalikan dari Kelompok Khawarij, kelompok ini ekstrim dalam memuji dan mengkultuskan Ali dan keluarganya. Mereka membuat berbagai hadis dusta yang menyebutkan keutamaan Ali dan keturunannya. Bahkan, sebagian di antara mereka menganggap bahwa Ali lebih mulia dibandingkan para nabi dan rasul. (Ushul fi Tafsir, hlm. 50)

Referensi:

Ushul fi Tafsir. Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin. Maktabah As-Sunnah. Mesir. 1419 H.

Artikel www.yufidia.com

Flashdisk Video Belajar Iqro Belajar Membaca Al-Quran

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28