Dalam sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terdapat banyak nash yang menguatkan bahwa semua makhluk bertasbih kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kami sebutkan sebagiannya berikut ini.

Segala Sesuatu Bertasbih Kepada Allah

Nasai meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bercerita, “Nuh AS pernah berkata kepada anaknya, ‘Aku wasiatkan kepadamu suatu wasiat yang tidak panjang agar kamu tidak lupa. Aku wasiatkan kepadamu dua hal dan melarangmu dari dua hal yang lain. Dua hal yang aku wasiatkan keapdamu itu, maka Allah akan memberikan kabar gembira kepada makhluk-Nya yang shahih lantaran keduanya, dan kedua hal ini banyak masuk kepada Allah. Aku wasiatkan kepadamu (banyak-banyak mengucapkan), ‘La ilaha illallah (Tidak ada ilah yang berhak di selain Allah)’. Sebab andai langit-langit dan bumi adalah sebuah lingkaran, niscaya kalimat ini dapat memecahkannya. Andai keduanya ada dalam satu piring timbangan, pasti kalimat ini lebih berat dari keduanya.

Dan, aku wasiatkan kepadamu (banyak-banyak mengucapkan), ‘Subhanallah wa bi hamdih (Segala puji bagi Allah dan aku memuji-Nya)’. Sebab, keduanya adalah shalat (tasbih)nya para makhluk dan dengan keduanya makhluk ditimbang. Firman-Nya, ‘Dan tak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamus ekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun’.” (QS. Al-Isra: 44)

Kesaksian Makhluk yang Berakal dan yang Tidak Berakal

Dalam Shahih-nya, Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Abu Sa’id Al-Khudri,
“Aku melihatmu suka (menggembala) domba dan (pergi ke) daerah pedalaman. Bila engkau berada di tengah-tengah dombamu atau di daerah pedalaman, lalu engkau mengumandangkan adzan shalat, maka keraskanlah suara adzanmu. Sebab, tiadalah jin, manusia maupun sesuatu yang lain mendengar suara muadzin kecuali akan menjadi saksi untuknya kelak pada hari kiamat.”

Sabda beliau, “Maupun sesuatu yang lain”, mencakup segala sesuatu. Ini dikuatkan oleh riwayat Ibnu Khuzaimah dengan redaksi,

“Tiadalah pohon, bulu, batu, jin maupun manusia mendengar suara (adzan)nya kecuali akan menjadi saksi untuknya pada hari kiamat nanti.”

Binatang Pun Berdzikir Kepada Allah

Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad yang di dalamnya terdapat Ibnu lahi’ah bahwa Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menemui sekelompok orang yang menaiki binatang tunggangan dan unta mereka. Maka, beliau bersabda kepada mereka,

“Naikilah binatang-binatang ini dalam keadaan sehat dan biarkanlah mereka dalam keadaan sehat pula. Jangan jadikan mereka seperti kursi-kursi untuk mengobral di jalan-jalan dan pasar. Sebab, barangkali binatang yang dikendarai itu lebih baik dariapda pengendaranya dan lebih banyak berdzikir kepada Allah darinya.”

Suara Katak Adalah Tasbih Kepada Allah

Disebutkan dalam Sunan Nasai dari Abdullah bin Umar berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita membunuh katak, dan beliau bersabda, ‘Suaranya adalah tasbih’.”

Ucapan Salam Batu Kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam Sebelum Masa Kenabian

Muslim meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sabda beliau,
“Sungguh aku masih mengetahui batu di Mekah yang dahulu mengucapkan salam kepadaku sebelum aku diutus. Sungguh sekarang ini aku masih mengetahuinya.”

Ucapan Salam Pohon dan Batu Kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam Setelah Kenabian

Tirmidzi meriwayatkan hadits dan menghasankannya dari Ali yang berkata, “Aku bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Mekah. Lantas kami keluar ke pinggiran Mekah. Maka, tiadalah beliau berjumpa dengan batu maupun pohon kecuali mengucapkan, “As-Salamu ‘alaika (Semoga keselamatan untukmu), wahai Rasulullah.”

Ucapan Srigala dan Kesaksiannya akan Kerasulan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Sebuah hadits shahih yang dishahikan oleh Tirmidzi dan lainnya, juga diriwayatkan dari beberapa jalan, di antaranya yang dikeluarkan oleh Ahmad dengan redaksi, “Ada serigala menerkam seekor kambing, lalu membawanya lari. Si penggembala mengejarnya dan berhasil merebut kembali kambing tersebut. Lantas serigala itu duduk bersandarnya ekornya dan berkata,

“Tidaklah engkau takut kepada Allah! Engkau merebut rezeki yang telah Allah kirimkan padaku.’ Penggembala itu berguman keheranan, ‘Sungguh aneh sekali. Seekor serigala yang tengah duduk berbicara kepadaku seperti manusia.’ Serigala itu berkata lagi, ‘Maukah aku kabarkan kepadamu sesuatu yang lebih menakjubkan lagi!! Di Yatsrib, Muhammad memberitahu manusia berita-berita berbagai peristiwa yang telah berlalu.’ Lantas penggembala itu menggiring dombanya hingga tiba di Madinah. Ia mengumpulkan dombanya di pinggiran kota, kemudian mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menginformasikan (peristiwa tersebut) kepada beliau.”

Dalam riwayat Abu Nu’aim dengan sanad shahih, Al-Qasthalani berkata, “Lantas ia memberitahukan (peristiwa tersebut) kepada beliau dan masuk Islam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membenarkannya, kemudian bersabda,

“Sesungguhnya ini termasuk tanda-tanda menjelang datangnya kiamat. Sudah hampir terjadi seseorang keluar dan tidak pulang sampai sepasang sandal dan cambuknya memberitahukan kepadanya apa yang dilakukan istrinya sepeninggal dirinya.”

Rintihan Batang Pohon Kurma yang Pernah Dipergunakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Menyampaikan Khutbah

Kisah nyata ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya, dari Ibnu Umar berkata, “Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berkhutbah dengan bersandar ke sebatang pohon kurma. Ketika mimbar dibuat, beliau pindah ke mimbar tersebut hingga batang pohon kurma itu mengeluarkan suara rintihan. Lantas beliau menghampirinya dan mengusapnya dengan tangan beliau.”

Dalam redaksi Bukhari yang lain, “Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam turun (dari mimbar) dan memeluknya. Batang pohon kurma itu merintih seperti tangisan bayi yang ditenangkan.” Masih dalam redaksi Bukhari, “Lantas kami mendengar sebuah suara yang keluar dari batang pohon kurma itu seperti suara kawanan unta betina yang hamil sepuluh bulan.” Dalam redaksi riwayat Nasai, “Seperti rintihan unta yang terus bergerak.”

Konon Hasan bila menyampaikan hadits ini, ia berkata, “Wahai kaum muslimin, sepotong kayu saja merintih karena rindu bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka kalian lebih pantas merindukan beliau.”

Hadits batang pohon kurma dan rintihannya lantaran rindu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu sangat populer dan terkenal, diriwayatkan dari sekelompok sahabat dan dari banyak jalan yang shahih. Sampai-sampai As-Subki dan lainnya menyatakan hadits ini sebagai hadits mutawatir.

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Hadits batang pohon kurma itu diriwayatkan secara mustafidh (banyak dan masyhur), di mana menghasilkan kepastian kebenarannya bagi orang yang mencermati jalan-jalan periwayatan hadits ini dari para ulama hadits, bukan orang-orang yang tak memiliki keahlian dalam masalah ini.”

Tasbih Makanan

Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya dan Tirmidzi dalam Jami’nya dari Ibnu Mas’ud berkata, “Dahulu kami pernah makan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kami mendengar suara tasbih makanan.”

Tasbih Tumbuh-tumbuhan

Abu Dawud meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau pernah melewati dua kubur. Beliau bersabda, “Kedua penghuni kubur ini tengah disiksa, dan keduanya tidak disiksa lantaran sesuatu yang besar. (penghuni) kubur yang ini, dulu tidak membersihkan diri dari air kencing. Sedangkan yang ini, dulu ia gemar menyebar berita untuk mengadu domba.” Kemudian beliau meminta diambilkan pelepah kurma yang basah dan membelahnya menjadi dua. Selanjutnya beliau menancapkan salah satunya di kubur ini dan satunya lagi di kubur yang lain seraya bersabda, “Semoga siksa keduanya diperingan selagi kedua bagian pelepah kurma ini belum kering.”

Ada yang berpendapat bahwa makna yang terkandung dalam penggunaan pelepah kurma adalah lantaran pelepah kurma ini bertasbih selagi masih basah, sehingga menghasilkan peringanan siksa berkat barakah tasbih. Semisal pelepah kurma ini, semua pohon basah. Bukhari juga menyebutkan bahwa Buraidah bin Khashib, seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat agar ditancapkan dua pelepah kurma di atas pusarannya.

Muslim meriwayatkan dari Jabir berkata, “Kami berjalan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga kami singgah di sebuah lembah yang banyak pohon. Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beranjak untuk buang hajat (diantara dua pohon), dan aku mengikuti beliau dengan satu dari dua pohon itu, lalu meraih salah satu dahannya dan berkata, ‘Ikutlah aku dengan izin Allah.’ Maka, pohon itu mengikuti beliau seperti unta yang dicokok hidungnya dan jinak pada penuntunnya. Selanjutnya beliau mendatangi pohon kedua, meraih satu dahannya, lalu bersabda, ‘Ikutlah aku dengan izin Allah.’ Kedua pohon itu pun merapat.”
Jabir melanjutkan,

“Lantas aku menyingkir, khawatir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa tidak enak dengan keberadaanku, sehingga beliau akan menjauh. Aku duduk bicara kepada diriku sendiri. Aku mencoba melirik. Aku bisa melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sementara kedua pohon itu telah berpisah. Masing-masing berdiri di atas batangnya sendiri-sendiri. Manakala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai di tempatku , beliau bersabda, ‘Wahai Jabir, kamu lihat tempatku tadi?’ Aku menjawab ,’Ya, wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Datangilah kedua pohon itu. Kemudian potong sebatang dahan dari masing-masing keduanya, lalu bawa kedua dahan itu. Apabila kamu sampai di tempatku tadi, jatuhkan satu dahan di sebelah kananmu dan satu dahan di sebelah kirimu’.”

Jabir berkata, “Lantas aku mendatangi dua pohon itu, memotong sebatang dahan dari tiap-tiap keduanya. Selanjutnya aku menyeret kedua dahan itu hingga tepat berada di tempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tadi. Aku biarkan satu dahan di sebelah kananku dan satu dahan di sebelah kiriku. Setelah itu aku menyusul beliau, dan bertanya, ‘Aku telah melakukannya wahai Rasulullah, mengapa anda menyuruhku melakukan hal itu?’ Beliau menjawab, “Aku melewati dua kubur yang (penghuninya) disiksa, maka aku ingin memberikan syafaat agar siksa itu diperingan dari keduanya selama kedua dahan itu masih basah’.”

Sumber: Ketika Alam Bertasbih, Dr. Musa al-Khathib, Kiswah Media

www.yufidia.com

Flashdisk Video Belajar Iqro Belajar Membaca Al-Quran

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28