Iman kepada Malaikat
Pengertian
Malaikat bentuk jama’ dari kata: ma-la-kun (satu malaikat). Sedangkan kata; ma-la-kun sendiri diambil dari kata ma’-la-kun (مألك) – uluukah (ألوكة), yang artinya ‘risalah (pengutusan)’. (Al Mu’jam Al Wasith, madah: a-la-ka).
Malaikat adalah alam gaib, makhluk, dan hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala. Malaikat sama sekali tidak memiliki keistimewaan rububiyah dan uluhiyah. Allah menciptakannya dari cahaya serta memberikan ketaatan yang sempurna serta kekuatan untuk melaksanakan ketaatan itu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya, “Para malaikat yang ada di sisi-Nya, mereka tidak angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS. Al Anbiyaa: 19 – 20)
Malaikat jumlahnya sangat banyak, dan tidak ada yang mampu menghitungnya kecuali Allah. Dalam hadits Al Bukhari dan Muslim terdapat hadits dari Anas Radhiyallahu ‘Anhu tentang kisah mi’raj bahwa Allah telah memperlihatkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Al Baitul Ma’mur di langit. Di dalamnya terdapat 70.000 malaikat yang setiap hari melakukan shalat. Siapa pun yang keluar dari tempat itu, tidak kembali lagi.
Iman kepada malaikat mengandung empat unsur
Pertama, Mengimani wujud mereka.
Kedua, Mengimani mereka yang kita kenali nama-namanya, seperti Jibril, dan juga terhadap nama-nama malaikat yang tidak kita kenal.
Ketiga, Mengimani sifat-sifat mereka yang kita kenali, seperti sifat bentuk Jibril, sebagaimana yang pernah dilihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mempunyai 600 sayap yang menutup ufuk.
Malaikat bisa saja menjelma berwujud seorang lelaki, seperti yang pernah terjadi pada malaikat Jibril, tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutusnya kepada Maryam. Jibril menjelma jadi seorang yang sempurna.
Demikian pula ketika Jibril datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sewaktu beliau sedang duduk di tengah-tengah para sahabatnya. Jibril datang dengan bentuk seorang lelaki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat tanda-tanda perjalanannya, dan tidak seorang sahabatpun yang mengenalinya. Jibril duduk dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, menyandarkan kedua lututnya ke lutut Nabi dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya. Ia bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang Islam, iman, ihsan, hari kiamat, dan tanda-tandanya.
Demikian halnya dengan para malaikat yang diutus kepada nabi Ibrahim dan Luth. Mereka menjelma bentuk menjadi lelaki.
Keempat, Mengimani tugas-tugas yang diperintahkan Allah kepada mereka yang sudah kita ketahui, seperti bacaan tasbih, dan menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala siang-malam tanpa merasa lelah.
Sifat-sifat malaikat
1. Mereka diciptakan dari cahaya
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Malaikat diciptakan dari cahaya, dan jin diciptakan dari nyala api ….” (HR. Muslim no. 60)
2. Makhluk yang selalu taat dan tidak pernah maksiat
Allah berfirman, yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)
3. Malaikat memiliki sayap
Allah berfirman, yang artinya, “Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Fathir: 1)
Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Jibril dalam bentuk aslinya. Beliau (Jibril) memiliki 600 sayap. Satu sayap bisa menutupi ufuk.” (Al Bidayah Ibnu katsir, 1/47. Sanadnya baik)
4. Makhluk yang sangat besar
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Saya diizinkan untuk menceritakan tentang salah satu malaikat pemikul Arsy. Jarak antara daun telinga dengan pundaknya sejauh 700 tahun perjalanan.” (HR. Abu Daud no. 4729 dan dinilai sahih oleh Al Albani)
5. Keindahan malaikat
Allah berfirman, yang artinya, “Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Makhluk yang mempunyai paras yang indah; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli.” (QS. An Najm: 5 – 6)
Demikian pula perkataan wanita mesir ketika melihat Nabi Yusuf ‘alaihi salam, “Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa) nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata, ‘Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain adalah malaikat yang mulia.’” (QS. Yusuf: 31)
6. Mereka berbeda-beda, bentuk dan kedudukannya
Allah berfirman, yang artinya, “Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Fathir: 1)
Jumlah sayap mereka berbeda-beda sesuai dengan apa yang Allah kehendaki. Allah berfirman tentang Jibril, yang artinya, “Sesungguhnya Alquran itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril). Yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy.” (QS. At Takwir: 19 – 20)
Allah menyebutkan bahwa Jibril memiliki kedudukan yang tinggi di sisi-Nya. Artinya ada malaikat yang kedudukannya di bawah Jibril.
7. Bukan pria, bukan wanita
Satu hal yang penting untuk diperhatikan bahwa sesuatu yang ghaib tidak bisa dianalogikan dengan sesuatu yang nampak dan bisa dijangkau indera manusia dari semua sisi. Allah mencela sikap orang musyrikin yang menganggap malaikat sebagai makhluk dengan jenis kelamin perempuan. Padahal mereka tidak pernah menyaksikan proses penciptaan malaikat. Allah berfirman, yang artinya, “Tanyakanlah (ya Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah), ‘Apakah untuk Tuhanmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak laki-laki. Atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikan(nya)?” (QS. Ash Shaffat: 149 – 150)
8. Mereka tidak makan dan tidak minum
Ketika utusan Allah di kalangan malaikat mendatangi Nabi Ibrahim, mereka disuguhi daging sapi. Setelah dipersilahkan mereka tidak mau makan. Maka Ibrahim sadar bahwa tamunya bukan manusia tapi malaikat.
Allah berfirman, yang artinya, “Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan, ‘Salaamun.’ Ibrahim menjawab, ‘Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal. Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk. Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata, ‘Silakan makan.’ (Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata, ‘Janganlah kamu takut,’ dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (yaitu Ishaq).” (QS. Adz Dzariyat: 24 – 28)
9. Tidak pernah bosan beribadah dan melaksanakan ketaatan
Allah berfirman, yang artinya, “Mereka (para Malaikat) selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS. Al Anbiya’: 20)
Allah juga berfirman, yang artinya, “Jika mereka (orang kafir) menyombongkan diri, maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu.” (QS. Fushshilat: 38)
10. Malaikat tinggal di langit
Banyak dalil yang menunjukkan bahwa malaikat naik-turun menemui hamba-hamba Allah yang ada di bumi. Demikian juga, banyak ayat yang menunjukkan bahwa mereka berada di dekat Allah ta’ala. Ini semua mengisyaratkan bahwa tempat asal mereka berada di langit. Di antaranya, firman Allah tentang lailatul qadar, yang artinya, “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.” (QS. Al Qadar: 4)
Tugas-tugas malaikat
Di antara mereka ada yang mempunyai tugas-tugas tertentu, sebagai berikut:
- Malaikat Jibril yang dipercayakan menyampaikan wahyu Allah kepada para nabi dan rasul.
- Malaikat Mikail yang diserahi tugas menurunkan hujan dan tumbuh-tumbuhan.
- Malaikat Israfil yang diserahi tugas meniup sangkakala di hari kiamat dan kebangkitan makhluk.
- Malaikat maut (malakul maut) yang diserahi tugas mencabut nyawa manusia.
- Malaikat Malik diserahi tugas menjaga neraka.
- Ada malaikat yang diserahi tugan mengurusi janin dalam rahim. Ketika janin sudah mencapai empat bulan di dalam kandungan, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus seorang malaikat untuk meniupkan ruh dan menulis takdir rizkinya, ajalnya, amalnya, derita, dan bahagianya.
- Ada juga malaikat yang diserahi menjaga dan menulis semua perbuatan manusia. Setiap orang dijaga oleh dua malaikat, yang satu pada sisi dari kanan dan yang satunya lagi pada sisi dari kiri.
- Ada juga malaikat yang diserahi tugas menanyai orang yang meninggal. Bila mayit sudah dimasukkan ke dalam kuburnya, maka akan datanglah dua malaikat yang bertanya kepadanya tentang Rabbnya, agamanya, dan nabinya.
Manfaat iman kepada malaikat
Pertama, mengetahui keagungan Allah, kekuatan-Nya, dan kekuasaan-Nya. Kebesaran makhluk pada hakikatnya adalah dari keagungan sang Pencipta.
Kedua, syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas perhatian-Nya terhadap manusia dengan mengutus malaikat untuk memelihara, mencatat amal-amal dan berbagai kemashlahatannya yang lain.
Ketiga, cinta kepada para malaikat karena ketaatan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Pendapat keliru tentang malaikat
Pertama, orang yang memuja akal dan beraliran liberal mengingkari keberadaan malaikat. Mereka mengatakan bahwa malaikat adalah sesuatu yang abstrak untuk mengungkapkan ”kekuatan kebaikan” yang tersimpan dalam diri para makhluk.
Keyakinan ini jelas bertolak-belakang dengan Kitabullah, sunnah Rasul-Nya, dan ijma’ (konsensus) umat Islam. Karena semua dalil menunjukkan bahwa malaikat adalah sesuatu yang kongkret dan berwujud, memiliki zat dan berjasad. Hanya saja mereka berada di alam ghaib, yang tidak bisa dilihat manusia.
Di antara dalil yang menunjukkan bahwa mereka makhluk yang berjasad adalah beberapa ayat berikut:
Allah berfirman, yang artinya, “Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Faathir:1)
Keterangan: Allah sebut malaikat memiliki sayap. Tidak mungkin sesuatu yang memiliki sayap tidak memiliki zat (baca: berjasad)
Allah juga berfirman, yang artinya, “Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul dari depan dan belakang mereka (dan berkata), ‘Rasakanlah siksa neraka yang membakar,, (tentulah kamu akan merasa ngeri).” (QS. Al Anfaal: 50)
Keterangan: Allah sebut malaikat bisa memukul. Sedangkan benda abstrak tidak bisa memukul.
Allah juga berfirman, yang artinya, “Malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), ‘Salamun ‘alaikum bima shabartum (salam sejahtera kepadamu dengan kesabaranmu).’ Maka alangkah baiknya tempat balasan itu.” (QS. Ar Ra’d: 23 – 24)
Keterangan: Allah menceritakan malaikat bisa memberi salam. Artinya mereka bisa berbicara. Ini menunjukkan bahwa mereka adalah makhluk yang memiliki anggota badan untuk berbicara.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila Allah mencintai seorang hamba-Nya, Ia memberi tahu Jibril bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai Fulan, dan menyuruh Jibril untuk mencintainya, maka Jibril pun mencintainya. Jibril lalu memberi tahu penghuni langit bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai Fulan dan menyuruh mereka juga untuk mencintainya, maka penghuni langitpun mencintainya. Kemudian ia diterima di kalangan masyarakat bumi.” (HR. Al Bukhari no. 3037)
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Setiap hari Jumat, di setiap pintu masjid, para malaikat mencatat satu demi satu orang yang datang. Bila imam sudah duduk (di atas mimbar) mereka menutup buku-bukunya dan datang untuk mendengarkan zikir (khotbah).”
Dari nash-nash ini tampak jelas bahwa para malaikat itu benar-benar ada, dan satu hal yang konkrit. Bukan kekuatan abstrak yang terdapat dalam diri manusia, seperti yang diyakini sebagian orang liberal.
Kedua, ada sebagian orang yang membatasi jumlah malaikat hanya 10 malaikat. Ini adalah pendapat yang bertentangan dengan dalil Al Qur’an dan As-Sunnah, yang menunjukkan banyaknya jumlah malaikat. Di antaranya firman Allah, yang artinya, “Tidak ada yang mengetahui jumlah tentara Tuhanmu kecuali Dia sendiri.” (QS. Al Muddatsir: 31)
Ketiga, sebagian kaum muslimin memberi nama malaikat yang tidak ada dalilnya dari Alquran dan As-Sunnah. Diantaranya adalah nama Izarail. Banyak orang yang menggunakan nama ini untuk menyebut malaikat pencabut nyawa. Syaikh Al Albani mengatakan: Nama ini tidak ada dalilnya. Ini berasal dari berita israiliyat. (Takhrij Ath Thahawiyah, 1:72)
Referensi:
- Syarh Ushul Iman, Muhammad bin Shaleh Al Utsaimin, Dar Al Qasim, Arab Saudi, 1419 H.
- ‘Alamul Malaikat Al Abrar, Dr. Umar bin Sulaiman Al Asyqar, Maktabah Al Fallah, Beirut, 1403 H.
- Al Mu’jam Al Wasith, Ibrahim Musthofa, dkk., Tahqiq: Majma’ Al Lughah Al Arabiyah.
- Takhrij Al Aqidah At Thahawiyah, Muhammad Nashiruddin Al Albani, Al Maktabah Al Islami, Beirut, 1414 H.
Artikel www.yufidia.com