Termasuk prinsip ‘Aqidah Ahlussunnah waljama’ah adalah mengimani adanya karomah:

25- كرامات الأولياء والصالحين حق وليس كل أمر خارق للعادة كرامة, بل قد يكون استدراجا وقد يكون من تأثير الشياطين والمبطلين والمعيار في ذلك موافقة الكتاب والسنة .

26- المؤمنون كلهم أولياء الرحمن, وكل مؤمن فيه من الولاية بقدر إيمانه .

25. Karomah para wali dan orang-orang shalih adalah benar. Namun tidak semua sesuatu yang luar biasa disebut karomah, bahkan bisa saja sebagai istidraj (cobaan dari Allah), pengaruh setan dan orang-orang jahat. Tolok ukur dalam masalah ini adalah dengan melihat sesuai-tidaknya dengan Alquran dan sunah.

26. Orang-orang mukmin semuanya wali Allah Ar Rahman. Pada diri orang mukmin terdapat tingkat kewaliannya sesuai kadar keimanannya. (Mujmal Ushul Ahlissunah karya Dr. Nashir Al ‘Aql).

Penjelasan:

No. 25: Karomah artinya sesuatu yang luar biasa. Jika perkara luar biasa tersebut diberikan kepada seorang nabi, maka disebut mukjizat, sedangkan jika diberikan kepada seorang wali atau orang yang saleh, maka disebut karomah.

Dalam masalah karomah, manusia terbagi menjadi tiga golongan:

Golongan pertama, golongan yang meniadakannya dari kalangan ahli bid’ah, seperti kaum Mu’tazilah, Jahmiyyah, dan sebagian kaum ‘Asy’ariyyah. Alasan mereka adalah karena jika sesuatu yang luar biasa itu terjadi juga dari kalangan para wali, tentu antara nabi dengan selainnya sulit dibedakan, karena yang membedakan antara nabi dengan selainnya adalah mukjizat.

Golongan kedua, golongan yang berlebihan dalam menetapkan karomah, seperti orang-orang tarekat Shufiyyah dan para penyembah kubur. Mereka meyakini dan mengatakan bahwa setiap yang luar biasa adalah karomah, meskipun itu adalah sihir dan kedustaan.

Golongan ketiga, golongan yang menetapkan adanya karomah para wali sesuai dengan ketentuan Alquran dan sunah. Mereka membantah golongan yang meniadakannya dengan alasan bahwa di sana terdapat perbedaan yang besar antara nabi dengan selainnya dalam masalah lain selain itu. Seorang wali tidaklah mengaku sebagai nabi, jika mengaku seperti itu tentu ia bukan wali lagi dan menjadi pendusta. Termasuk sunnatullah dibukanya jati diri seorang pendusta, sebagaimana yang menimpa Musailamah al-Kadzdzab.

Karomah para wali adalah benar adanya, ditunjukkan oleh Alquran, sunah, atsar dari para sahabat dan tabi’in.

Contoh karomah dalam Alquran adalah apa yang terjadi pada pemuda ash-Habul Kahfi yang berada di dalam gua tiga ratus sembilan tahun lamanya (QS. Al Kahfi: 25), demikian juga apa yang diberikan Allah kepada Maryam, berupa makanan dari sisi-Nya saat ia sedang beribadah (QS. Ali Imran: 37).

Contoh karomah dalam sunah yang sahih adalah apa yang dialami Usaid bin Hudhair dan ‘Abbad bin Basyir saat ia pulang dari sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di malam yang gelap, ternyata pada keduanya ada cahaya di hadapannya (yang menerangi jalan). Ketika keduanya berpisah, cahaya itu ada pada masing-masingnya sampai mereka berdua kembali ke keluarganya. Demikian pula yang dialami Khubaib bin ‘Addi yang tertawan di Mekah, ia diberi makan buah anggur, padahal di Mekah tidak ada anggur.

Demikian juga pada kisah seorang pemuda yang mendatangi tukang sihir dan mendatangi seorang rahib, di mana Allah memberikan kepadanya karomah mampu menyembuhkan berbagai penyakit dengan izin Allah, dan pada kisah Juraij yang dituduh berzina, lalu bayi dari pezina itu lahir dan Juraij bertanya kepadanya, “Siapa bapakmu?” Bayi dari wanita pezina itu berkata, “Fulan yang mengembala kambing itu.”

Demikian juga pada kisah tiga orang Bani Israil yang bermalam di gua, kemudian gua itu tertutup batu besar, akhirnya masing-masing berdoa kepada Allah dengan menyebut amal saleh yang dikerjakannya, sehingga batu itu bergeser dan akhirnya mereka bisa keluar.

Pada kisah seorang yang yang mendengar suara di awan, “Siramilah kebun si fulan.” Di mana orang yang disirami kebunnya biasa membagi hasil kebunnya tiga bagian; sepertiga untuk diri dan keluarganya, sepertiga untuk disedekahkan dan sepertiga dikembalikan ke kebun, dan lainnya (Riyadhush Shaalihin bab Karaamaatul awliyaa’ wa fadhluhum).

Sedangkan Contoh karomah dalam atsar adalah melihatnya Umar radhiyallahu ‘anhu pasukan Sariyah ketika ia sedang berada di atas Mimbar di Madinah, sedangkan pasukan Sariyah berada di Nahawand di bagian Timur, ia memanggil mereka, “Wahai Sariyah! Naik ke gunung.” Maka Sariyahnya mendengar seruan itu dan mengikuti arahannya sehingga mereka selamat dari tipu daya musuh.

Adapun jika perkara luar biasa itu ada pada diri seorang dukun, penyihir, atau pelaku maksiat, maka hal itu bukanlah karomah, tetapi dari perbuatan setan.

Cara mengetahui sesuatu yang luar biasa, apakah sebagai karomah atau termasuk perbuatan setan adalah dengan melihat keadaan orang tersebut, jika di atas iman dan amal saleh, dalam arti aqidahnya lurus, mengikuti sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orangnya saleh, maka perkara luar biasa tersebut adalah karomah. Sebaliknya, jika orangnya tidak berada di atas aqidah yang lurus, berada di atas bid’ah dan kemaksiatan, maka yang demikian merupakan pelayanan setan kepadanya atau sebagai istidraj (cobaan).

Imam Syafi’i rahimahullah berkata :

إِذَا رَأَيْتُمُ الرَّجُلَ يَمْشِي عَلَى الْمَاءِ أَوْ يَطِيْرُ فِي الْهَوَاءِ فَلاَ تُصَدِّقُوْهُ وَلاَ تَغْتَرُّوْا بِهِ حَتَّى تَعْلَمُوْا مُتَابَعَتَهُ لِلرَّسُوْلِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Apabila kamu melihat ada seseorang yang berjalan di atas air atau terbang di udara, maka janganlah kamu membenarkannya dan jangan pula tertipu olehnya sampai kamu mengetahui bahwa ia mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Setan mau melayani manusia setelah mereka mau tunduk dan mengikuti ajakannya, berupa syirk atau kemaksiatan. Setan merasa senang dengan tunduknya manusia kepadanya, dan sebagai balasannya mereka (setan-setan) memberikan pelayanan kepada manusia apa yang diinginkannya; yang salah satunya adalah ditunjukkan pada dirinya perkara yang luar biasa, seperti terbang di udara dan berjalan di atas air, dsb. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (dan Allah berfirman), “Wahai golongan jin! Sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia”, lalu berkatalah kawan-kawan meraka dari golongan manusia: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebagian dari kami telah mendapat kesenangan dari sebagian (yang lain).” (QS. Al An’aam: 128)

Maksudnya setan telah berhasil memperdayakan manusia sampai manusia mengikuti ajakannya, dan manusia pun telah menikmati pelayanan setan itu.

Faedah:

Perlu diketahui bahwa tidak diberikan-Nya karomah kepada seorang hamba bukanlah menunjukkan kurang imannya, karena Karomah yang Allah Ta’ala berikan kepada hamba-Nya karena beberapa sebab, antara lain: 1) Untuk menguatkan dan mengokohkan imannya, 2) Untuk menegakkan hujjah terhadap musuhnya.

Di samping itu, karomah terjadi tidak disesuaikan keinginan seorang hamba tetapi terjadi apabila dikehendaki Allah Ta’ala.

Demikian pula perlu diketahui, bahwa karomah yang paling besar yang Allah berikan kepada seseorang adalah diberikan taufiq oleh Allah untuk dapat istiqamah di atas ketaatan dan ibadah disertai sikap berwala’ kepada para wali Allah dan berbaraa’ (berlepas diri) terhadap musuh-musuh-Nya. Oleh karena itu, para ulama berkata, “Istiqamah adalah karomah yang paling utama.”

No. 26: Wali berasal dari kata walaa’, yang artinya cinta dan dekat, sehingga wali Allah maksudnya orang yang memberikan wala’ kepada Allah dengan mengikuti apa yang dicintai-Nya, dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengerjakan apa yang diridhai-Nya. Dalam Alquran disebutkan bahwa wali Allah adalah mereka yang beriman dan bertakwa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.—(yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus: 62-63)

Berdasarkan ayat ini, semua orang mukmin adalah wali Allah, hanya saja tingkat kewaliannya tergantung kadar keimanan yang ada dalam dirinya.

Oleh: Marwan bin Musa

Artikel www.Yufidia.com

Maraji’: Mujmal Ushul Ahlissunnah wal Jamaa’ah fil ‘Aqiidah (Dr. Nashir Al ‘Aql), Syarh Ath Thahaawiyyah (Syaikh Shalih Al Fauzan), Syarh ‘Aqidah Wasithiyyah (Syaikh Shalih Al fauzan), Syarah ‘Aqidah Ahlussunnah (Ust. Yazid) dll.

Flashdisk Video Belajar Iqro Belajar Membaca Al-Quran

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28