آداب الدعاء
(الثالث): عدم العجلة:
قال رسول الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: “يستجاب لأحدكم ما لم يعجل، يقول: قد دعوت فلم يُستجب لي“(البخاري ومسلم).
(الرابع): التضرع والخشوع والرغبة والرهبة:
قال تعالى: {ادعوا ربكم تضرعاً وخفية}(الأعراف:55).
وقال تعالى: (إنهم كانوا يسارعون في الخيرات ويدعوننا رغباً ورهباً…) (الأنبياء:90).
(الخامس) أن يجزم بالدعاء ويوقن بالإجابة ويصدق رجاءه فيه:
قال – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: “ادعوا الله وأنتم موقنون بالإجابة، واعلموا أن الله لا يستجيب دعاء من قلب غافل لاه” (رواه الترمذي، وصححه الألباني) .
وقال – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: “إذا دعا أحدكم فلا يقل: اللهم اغفر لي إن شئت، وليعزم المسألة، وليعظم الرغبة، فإن الله لا يعظم عليه شيء أعطاه” (مسلم) .
وقال – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: “لا يقل أحدكم إذا دعا اللهم اغفر لي إن شئت اللهم ارحمني إن شئت فليعزم المسألة فإنه لا مكره له” (البخاري وسلم) .
قال سفيان بن عيينة: لا يمنعن أحدكم من الدعاء ما يعلم من نفسه فإن الله عز وجل أجاب دعاء شر الخلق إبليس لعنه الله {قال رب فأنظرني إلى يوم يبعثون * قال فإنك من المنظرين} (الحجر: 36-37)
KETIGA: Tidak terburu-buru dikabulkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي
“Akan dikabulkan (doa) dari setiap kalian selama dia tidak tergesa-gesa (untuk dikabulkan), dengan mengatakan, ‘AKu telah berdoa, tapi belum juga dikabulkan untukku.’” (Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim).
KEEMPAT: Berdoa dengan tunduk, khusyuk, dan harap-harap cemas
Allah Ta’ala berfirman:
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut …” (QS. Al-A’raf: 55).
Allah Ta’ala juga berfirman:
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
“… Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya: 90).
KELIMA: Berdoa dengan hati yang mantap, yakin akan dikabulkan, dan berharap dengan tulus
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ
“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, dan disahihkan oleh al-Albani).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
إِذَا دَعَا أَحَدُكُمْ فَلَا يَقُلْ: اللهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ، فليَعْزِمِ الْمَسْأَلَةَ فَإِنَّه لَا مُكره لهُ
“Apabila salah seorang di antara kalian berdoa, maka janganlah mengatakan, ‘Ya Allah, ampunilah aku, jika Engkau kehendaki,’ tetapi hendaklah berteguh hati dalam meminta karena sesungguhnya tidak ada yang memaksa-Nya.” (Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim).
Sufyan bin Uyainah berkata, “Janganlah salah seorang dari kalian terhalang dari doa oleh (keburukan) yang dia ketahui pada dirinya, karena sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla mengabulkan doa makhluk yang paling buruk, Iblis yang terlaknat.” Allah berfirman, “Iblis berkata: ‘Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan!’ Allah berfirman: ‘(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi Tangguh.'” (QS. Al-Hijr: 36-37).
(السادس): أن يلح في الدعاء ويعظم المسألة ويكرر الدعاء ثلاثاً:
قال ابن مسعود: “كان عليه السلام إذا دعا دعا ثلاثاً وإذا سأل سأل ثلاثاً”.
وقال – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: “إذا تمنى أحدكم فليكثر، فإنما يسأل ربه” (الطبراني وصححه الألباني).
قال المناوي: “إذا تمنى أحدكم خيراً من خير الدارين فليكثر الأماني فإنما يسأل ربه الذي رباه وأنعم عليه وأحسن إليه، فيعظم الرغبة ويوسع المسألة، ويسأله الكثير والقليل حتى شسع النعل فإنه إن لم ييسره لا يتيسر، فينبغي للسائل إكثار المسألة ولا يختصر ولا يقتصر فإن خزائن الجود سحاء الليل والنهار ولا يفنيها عطاء وإن جل وعظم فعطاؤه بين الكاف والنون، وليس ذا بمناقض لقوله سبحانه: (ولا تتمنوا ما فضل الله به بعضكم على بعض) فإن ذلك نهى عن تمنى ما لأخيه بغياً وحسداً، وهذا تمنى على الله سبحانه خيراً في دينه ودنياه وطلب من خزائنه فهو نظير (واسألوا الله من فضله) .
KEENAM: Tekun (terus menerus) dalam berdoa, meminta hal yang besar, dan mengulang doa sebanyak tiga kali
Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa dulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika berdoa, mengulangi doanya sebanyak tiga kali dan jika meminta, Beliau mengulangi permintaannya sebanyak tiga kali juga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
إِذَا تَمَنَّى أَحَدُكُمْ فَلْيُكْثِرْ، فَإِنَّمَا يَسْأَلُ رَبَّهُ
“Apabila salah seorang dari kalian berharap, hendaklah dia memperbanyak harapannya, karena sesungguhnya dia sedang meminta kepada Tuhannya.” (Diriwayatkan oleh Imam ath-Thabrani dan disahihkan oleh al-Albani).
Al-Manawi menjelaskan hadis ini dengan berkata, “Jika salah seorang dari kalian mengharapkan suatu kebaikan dari kebaikan dunia dan akhirat, maka hendaklah dia memperbanyak harapannya, karena sesungguhnya dia sedang meminta kepada Tuhannya yang telah memeliharanya, memberi kenikmatan kepadanya, dan memberinya kebaikan. Oleh sebab itu, hendaklah dia memperbesar keinginan dan memperbanyak permintaan.
Meminta kepada-Nya perkara yang besar dan yang kecil, hingga tali sandalnya. Karena jika Allah tidak memberi kemudahan kepadanya, maka perkara itu tidak akan menjadi mudah. Oleh sebab itu, hendaklah orang yang memohon itu memperbanyak permintaan, tidak mempersingkat dan tidak mengurangi doanya, karena harta benda kemurahan-Nya terbentang sepanjang siang dan malam, dan tidak akan habis karena pemberian-Nya.
Meskipun besar dan agung, sungguh pemberian-Nya hanya di antara kalimat ‘Kun!’ (Jadilah!), dan ini tidak bertolak belakang dengan firman-Nya, ‘Janganlah kamu berangan-angan (iri hati) terhadap apa yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain …’ (QS. An-Nisa: 32).
Karena ayat ini berkaitan dengan larangan mengharap apa yang dimiliki saudaranya karena sifat tamak dan iri, sedangkan perkara yang kita bahas ini adalah tentang berharap kebaikan kepada Allah dalam perkara agama dan dunianya, dan meminta dari kekayaan-Nya, perkara ini selaras dengan firman-Nya, ‘… Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.’ (QS. An-Nisa: 32).”
(السابع): استقبال القبلة ورفع اليدين:
روى مسلم عن عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رضي الله عنه قَالَ : لَمَّا كَانَ يَوْمُ بَدْرٍ نَظَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْمُشْرِكِينَ وَهُمْ أَلْفٌ وَأَصْحَابُهُ ثَلاثُ مِائَةٍ وَتِسْعَةَ عَشَرَ رَجُلا ، فَاسْتَقْبَلَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقِبْلَةَ ثُمَّ مَدَّ يَدَيْهِ فَجَعَلَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ : “اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي، اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِي، اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الإِسْلامِ لا تُعْبَدْ فِي الأَرْضِ ” فَمَا زَالَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ مَادًّا يَدَيْهِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ حَتَّى سَقَطَ رِدَاؤُهُ عَنْ مَنْكِبَيْهِ . . . الحديث .
قال النووي رحمه الله في شرح مسلم : فِيهِ اِسْتِحْبَاب اسْتِقبال الْقِبْلَة فِي الدُّعَاء ، وَرَفْع الْيَدَيْنِ فِيهِ.
KETUJUH: Menghadap ke arah kiblat dan mengangkat kedua tangan
Diriwayatkan dari Imam Muslim dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia menceritakan bahwa pada saat perang Badar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat kepada orang-orang musyrik yang berjumlah seribu orang, sedangkan para sahabatnya hanya 319 orang. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadap ke arah kiblat dan mengangkat kedua tangan Beliau, dan mulai berseru kepada Tuhannya, “Ya Allah! Penuhilah bagiku apa yang telah Engkau janjikan kepadaku! Ya Allah! Berikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku! Ya Allah! Jika Engkau membinasakan golongan dari orang-orang Islam ini, niscaya Engkau tidak lagi disembah di atas bumi.” Beliau terus menyeru Tuhannya dengan mengangkat kedua tangan dan mengharap ke arah kiblat hingga jubah luar Beliau terjatuh dari kedua pundak beliau. (al-Hadits).
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata dalam kitab Syarh Muslim, “Dalam hadis ini disebutkan anjuran untuk menghadap ke arah kiblat saat berdoa dan juga mengangkat kedua tangan.”
(الثامن): إطابة المأكل والملبس:
روى مسلم عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لا يَقْبَلُ إِلا طَيِّبًا ، وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ ، فَقَالَ : { يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ } ، وَقَالَ : {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ } ، ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ “.
قال ابن رجب رحمه الله : فأكل الحلال وشربه ولبسه والتغذي به سبب موجِبٌ لإجابة الدعاء ا.هـ .
KEDELAPAN: Halal makanan dan pakaian
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لا يَقْبَلُ إِلا طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِين فَقَالَ : يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ وَقَالَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُم ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَام وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَام فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu Maha Baik. Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang Dia perintahkan kepada para rasul. Dia berfirman, ‘Wahai para rasul! makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ Dan Allah juga berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman! makanlah yang baik-baik dari apa telah kami rezekikan kepadamu.'” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah lama melakukan perjalanan, sehingga rambutnya kusut dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa, “Ya Tuhanku! Ya Tuhanku!” Sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan mendapat asupan makan dari makanan yang haram, maka bagaimana Allah akan mengabulkan doanya?”
Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Makan, minum, pakaian, dan asupan makanan yang halal merupakan sebab yang membuat doa dikabulkan.”
Sumber:
