Pertanyaan
Ada hadis berbunyi
وكلتا يدي الرحمن يمين
Artinya, “Dan kedua tangan ar-Rahman kanan.”
Dalam hadis lain:
Artinya, “Dan di salah satu tangannya ada Mizan (timbangan).”
Dalam riwayat Muslim:
إنَّ الأخرى تُسمَّى بالشمال
Artinya, “Dan tangan lainnya disebut tangan kiri.”
Hadis ini dianggap cacat oleh al-Baihaqi kemudian Ibnu Hajar karena hanya diriwayatkan oleh Umar bin Hamzah bin Abdullah bin Umar. Nafi’ dan Ibnu Miqsam meriwayatkan bukan dengan jalur ini. Apa makna hadis ini? Jika dikatakan bahwa kedua tangannya adalah kanan dari sisi keutamaannya dan agar tidak disifati dengan sifat yang jelek dengan penyebutan tangan kiri, apakah ini termasuk takwil? Kami mohon penjelasannya, semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan.
Jawaban
Hadis ini sahih riwayat Muslim —Semoga Allah merahmati beliau— dan beliau hanya meriwayatkan hadis-hadis sahih. Jika ada sebagian orang yang menganggap Umar bin Hamzah lemah, tapi Muslim tidak melemahkannya dan meriwayatkan darinya. Ibnu Hibban juga menguatkannya dan disahihkan oleh al-Hakim.
Maksud hadis ini tidak ada masalah, karena yang dimaksud kiri hanya dalam penyebutan namanya saja namun secara keutamaannya adalah kanan, berdasarkan hadis yang sahih:
وكِلْتا يدَيْ ربِّي يمينٌ مباركةٌ – أخرجه الترمذي
Artinya: “Kedua tangan Tuhanku kanan penuh berkah.”(HR. Tirmizi)
Kedua tangan-Nya kanan penuh berkah dalam kemuliaan dan keutamaannya namun salah satunya dinamai kanan sebagaimana firman-Nya Subẖānahu wa Ta’ālā:
وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ – الزمر:67
Artinya: “Dan langit-langit digenggam dengan tangan kanan-Nya.” (QS. Az-Zumar: 67)
Sedangkan tangan yang satunya dinamai kiri dan semua ini tidak saling bertentangan. Sehingga hadis:
وكِلْتا يدَيْ ربِّي يمينٌ مباركةٌ – أخرجه الترمذي
Artinya: “Kedua tangan Tuhanku kanan penuh berkah.”(HR. Tirmizi)
Hadis ini menjelaskan kemuliaan dan keagungan tangan-Nya sehingga tidak ada sifat kurang padanya dan penamaannya dengan kiri tidak menunjukkan kekurangan, karena hanya sekadar nama saja. Sebagaimana tangan-Nya dinamai ‘tangan’ dan kaki-Nya dinamai ‘kaki’ begitu juga penamaan mata, pendengaran, dan penglihatan. Semua ini tidak mengandung penyerupaan dan penyamaan dengan makhluk, karena semua itu adalah sifat yang sesuai dengan kemuliaan Allah. Semua sifat-Nya adalah sempurna dan tidak ada celanya, sesuai dengan Allah yang Mahamulia dan Mahatinggi, yang tidak serupa dengan sifat makhluk-Nya Jalla wa ʿAlā.
Sumber:
