Hadis 1
– يا غُلامُ إنِّي أعلِّمُكَ كلِماتٍ ، احفَظِ اللَّهَ يحفَظكَ ، احفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تجاهَكَ ، إذا سأَلتَ فاسألِ اللَّهَ ، وإذا استعَنتَ فاستَعِن باللَّهِ ، واعلَم أنَّ الأمَّةَ لو اجتَمعت علَى أن ينفَعوكَ بشَيءٍ لم يَنفعوكَ إلَّا بشيءٍ قد كتبَهُ اللَّهُ لَكَ ، ولو اجتَمَعوا على أن يضرُّوكَ بشَيءٍ لم يَضرُّوكَ إلَّا بشيءٍ قد كتبَهُ اللَّهُ عليكَ ، رُفِعَتِ الأقلامُ وجفَّتِ الصُّحفُ .الراوي : عبدالله بن عباس | المحدث : الألباني | المصدر : صحيح الترمذي | الصفحة أو الرقم : 2516 | خلاصة حكم المحدث : صحيح | التخريج : أخرجه الترمذي (2516) واللفظ له، وأحمد (2669)
“Wahai Ananda! Sesungguhnya aku akan mengajarkan beberapa kalimat kepadamu: Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah. Jika engkau mau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah.
Ketahuilah apabila semua umat berkumpul untuk mendatangkan suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu, dan seandainya mereka berkumpul untuk menimpakan suatu bahaya kepadamu, maka mereka tidak dapat membahayakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena-pena (pencatat takdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran (catatan takdir) telah kering.”
Perawi : Abdullah bin Abbas | Muḥaddits: Al-Albani | Sumber : Shahih Tirmidzi | Halaman atau nomor: 2516 | Ringkasan Hukum Hadis: Sahih | Takhrīj : Diriwayatkan oleh Tirmidzi (2516) dan ini redaksi beliau dan Ahmad (2516).
Syarah Hadis
Nabi shallallāhu ʿalaihi wa sallam dikaruniai Jawāmiʿ al-Kalim (kata-kata yang singkat dan sarat makna), sehingga beliau biasa menggabungkan banyak wejangan, wasiat-wasiat umum, dan hikmah yang mendalam dalam kalimat yang singkat. Di antara bimbingan Nabi shallallāhu ʿalaihi wa sallam adalah mendidik anak-anak dan mengajarkan kepada mereka masalah-masalah agama, termasuk akidah yang sahih dan bertawakal dengan baik kepada Allah.
Dalam hadis ini, Rasulullah shallallāhu ʿalaihi wa sallam kepada Abdullah bin Abbas, “Ya ghulām (Wahai Ananda)! …” Kata ghulām artinya anak kecil yang belum balig. “Sesungguhnya aku akan mengajarkan beberapa kalimat kepadamu: …” yakni aku akan ajarkan beberapa hal dan perkara yang dengannya Allah akan memberi manfaat kepadamu. “Jagalah Allah, …” yakni dengan menjaga batasan-batasan dan hak-hak serta perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya, niscaya Allah akan menjagamu. Takutlah kepada Allah dalam perintah dan larangan-Nya, sehingga Allah mendapatimu dalam ketaatan dan takarub, serta tidak menemukan-mu dalam maksiat dan dosa-dosa.
Di antara perkara teragung yang harus dijaga adalah salat dan kesucian yang menjadi kunci salat, menjaga kepala dengan apa yang dikandungnya, yang mencakup menjaga pendengaran, penglihatan, dan lisan dari perkara haram, dan menjaga perut serta apa yang dikandungnya, yang mencakup menjaga hati dari maksiat yang terus-menerus, termasuk juga larangan paling besar yang harus dijaga adalah kemaluan, dengan menjaganya dan tidak diletakkan kecuali di tempat yang halal. “… Niscaya Allah akan menjagamu …” yakni jika engkau bertakwa dan menjaga Allah, maka balasannya untukmu adalah Allah akan menjagamu dari keburukan dan malapetaka dan menjaga diri, keluarga, harta, agama, dan duniamu.
Allah Subẖānahu wa Taʿālā akan melindungimu dari perkara dunia dan akhirat yang tidak kau sukai. Jadi, penjagaan Allah atas hamba-Nya ada dua jenis:
Pertama Allah menjaga maslahat dunianya, seperti menjaga badan dan anaknya serta harta dan keluarganya. “Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah.” (QS. Ar-Ra’d: 11) Maka barang siapa menjaga Allah di masa muda dan kuatnya, niscaya Allah akan menjaganya di masa tua dan lemahnya, menganugerahkan kepadanya nikmat pendengaran, penglihatan, kekuatan, keperkasaan, dan akalnya.
Penjagaan kedua adalah penjagaan Allah bagi hamba-Nya dalan urusan agama dan imannya. Allah menjaga hidupnya dari syubhat yang menyesatkan dan syahwat yang terlarang. Allah akan menjaga agamanya menjelang kematiannya dengan mewafatkannya di atas keimanan. Sebaliknya, orang yang menyia-nyiakan Allah, maka Allah akan menyia-nyiakannya. Dia akan terlantar di tengah makhluk-Nya sehingga tertimpa bahaya dan gangguan dari keluarga dan orang lain yang dia harapkan manfaatnya dari mereka.
“Jagalah Allah, …” yakni takutlah Allah dalam perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya dan tetapilah ketaatan dan jangan dekati maksiat, “… niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu.” Maknanya: Engkau akan dapati Dia seolah-olah hadir di hadapan dan di depanmu untuk memberimu kebaikan, keyakinan, dan keimanan yang kuat, seolah-olah engkau melihat-Nya, sehingga dalam pandanganmu, engkau tidak butuh selain-Nya secara totalitas.
Ada yang mengatakan bahwa maknanya: Jika engkau menjaga ketaatan kepada Allah, engkau akan dapati di menjagamu dan menolongmu dalam semua urusanmu ke mana pun engkau pergi dan memudahkan urusan yang menjadi tujuanmu. Katanya juga bahwa maknanya: Engkau akan dapati bantuan-Nya dan kelembutan-Nya begitu dekat denganmu, dengan menjagamu di semua keadaanmu dan menyelamatkanmu dari semua musibahmu.
“Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah.” Yakni jika engkau meminta sesuatu, maka jangan meminta kecuali kepada Allah. “Jika engkau mau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah.” Yakni jika engkau menginginkan bantuan, jangan meminta bantuan kecuali dari Allah dan jangan memohon pertolongan kecuali kepada-Nya. “Dan Ketahuilah …!”
Beliau mengulang kata perintahnya untuk menguatkan perintah untuk bertawajuh kepada Allah Subẖānahu wa Taʿālā, “… apabila semua umat berkumpul …” artinya seandainya semua bersepakat demikian meskipun tidak mungkin, “… untuk mendatangkan suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak bisa memberikan manfaat kepadamu …” yakni mereka tidak akan mampu mendatangkan manfaat untukmu “… kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu, …” yakni maknanya: Engkau harus punya ilmu dan keyakinan bahwa tidak akan ada yang terjadi kecuali apa yang telah Allah takdirkan untukmu dan tiada manfaat yang bisa engkau dapatkan kecuali apa yang telah Allah tuliskan untukmu meskipun semua penduduk bumi bersatu untuk memberimu manfaat, “… dan seandainya mereka berkumpul untuk menimpakan suatu bahaya kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak dapat membahayakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan bagimu.”
Maknanya: Engkau harus punya ilmu dan keyakinan juga bahwa engkau tidak akan menemui keburukan kecuali keburukan yang telah Allah takdirkan untukmu dan tiada keburukan akan menimpamu kecuali apa yang telah Allah tuliskan untukmu meskipun semua penduduk bumi bersatu untuk memberimu keburukan. Ini sesuai dengan hukum yang ditetapkan dalam akidah bahwa berkumpulnya mereka untuk mendatangkan keburukan atau kebaikan tanpa kehendak Allah adalah kemustahilan. Kesimpulannya bahwa Anda dituntut untuk menauhidkan Allah saat menginginkan kebaikan atau ingin menghindari mara bahaya, karena Dialah Yang Maha Memberi Manfaat dan Maha Memberi Madarat, lagi Maha Memberi dan Maha Menahan.
“Pena-pena (pencatat takdir) telah diangkat …” yakni takdir seluruh makhluk telah ditulis semua dan pena telah diangkat, tiada lagi penambahan atau pengurangan dalam penulisan takdir “… dan lembaran-lembaran (catatan takdir) telah kering.” Yakni lembaran di mana pena menulis takdir seluruh makhluk telah mengering sehingga tidak bisa diubah atau diganti.
Semua telah tertulis di Lauh Mahfuz. Telah ditulisnya qada dan kadar ini diungkapkan dengan “pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering” karena ada kesamaan ketika penulis selesai menuliskan tulisannya. Semua itu adalah tarbiyah nabawi kepada umat beliau agar jujur dalam berperilaku kepada Allah dan merasa diawasi oleh-Nya di setiap tindakan serta tidak takut kecuali kepada-Nya Subẖānahu wa Taʿālā, hanya dari-Nyalah manfaat dan madarat.
Hendaknya Anda mendidik anak-anak Anda dengan pemahaman-pemahanan baik ini sehingga mereka tumbuh dewasa dengan di atas pemahanan tersebut.
Faedah Hadis
وهذا الحَديثُ أصلٌ عظيمٌ في مُراقبةِ اللهِ، ومُراعاةِ حقوقِه، وتَفويضِ الأُمورِ إليه، والتَّوكُّلِ عليه، وشُهودِ تَوحيدِه وتفرُّدِه، وعجْزِ الخلائقِ كلِّهم وافتقارِهم إليه وحدَه، وفيه أبلغُ ردٍّ على مَن اعتقَدَ النَّفعَ والضرَّ في غَيرِ الله مِن الأولياءِ والصَّالِحين وأهلِ القبورِ، أو سألَهم واستعانَ بِهم مِن دُونِ اللهِ تعالى. وفي الحَديثِ: الحثُّ على حِفظِ اللهِ عزَّ وجلَّ في أوامِرِه ونَواهيه.
وفيه: الحثُّ على طلَبِ العونِ مِن اللهِ عزَّ وجلَّ وحْدَه.
- Hadis ini adalah asas agung dalam masalah murāqabah (merasa diawasi Allah), menjaga hak-hak-Nya, menyerahkan urusan kepada-Nya, tawakal kepada-Nya, kesaksian atas ketauhidan dan keesaan-Nya, kelemahan seluruh makhluk dan ketergantungan mereka kepada-Nya semata.
- Dalam hadis ini ada bantahan telak kepada orang yang menyakini bahwa wali-wali Allah yang saleh dan penghuni kubur bisa memberi manfaat dan madarat atau kepada orang yang meminta kepada mereka dan memohon pertolongan kepada mereka selain kepada Allah Subẖānahu wa Taʿālā,
- Dorongan untuk menjaga perintah-perintah dan larangan-larangan Allah, dan,
- Dorongan untuk meminta tolong hanya kepada Allah semata.
Sumber:
