Do’a agar Amal Shalih Diterima oleh Allah
Ketika Nabi Ibrahim menunaikan perintah Allah untuk meninggikan pondasi Ka’bah bersama anaknya Ismail, beliau bermunajat kepada Allah dengan doa:
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
[Al-Baqarah: 127]
Penjelasan
1. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا: Ya Tuhan kami, terimalah dari kami amal shalih kami.
Yang dimaksud dengan penerimaan Allah Ta’ala atas suatu amal shalih yakni, Allah mengambutnya dengan penuh keridhaan, sehingga Allah meridhai pula pelakunya; dan jika Allah telah meridhai seseorang maka Dia pasti akan memberinya pahala yang telah Dia janjikan baginya.
2. إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ: sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Yakni Engkau Maha Mendengar perkataan kami yang termasuk diantaranya adalah doa kami, dan Engkau Maha Melihat niat yang ada dalam hati kami.
Syarat diterimanya amal shalih:
Ada tiga syarat diterimanya amal shalih, yaitu:
1. Keimanan kepada Allah. Allah berfirman:
وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلَّا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِه
Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya (At-Taubah: 54)
2. Beramal dengan penuh keikhlasan tanpa dikotori sifat riya’ dan ujub. Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam bersabda:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال، قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ، مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي، تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ ” (رواه مسلم)
“Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah Ta’ala berfirman:
“Aku tidak butuh dengan para sekutu atas kesyirikan yang mereka lakukan. Barangsiapa yang menyekutukan-Ku dengan sesuatu yang lain, akan Aku tinggalkan dia bersama kesyirikannya”. (HR. Muslim)
3. Beramal sesuai dengan tuntunan Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam. Dalam hadists disebutkan:
عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللّهِ عَائِشَةَ – رضي الله عنها – قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ – صلى الله عليه وسلم: مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
Dari Ummul Mu’minin Ummu Abdillah Aisyah radiyallahu ‘anha, ia mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Barangsiapa yang mengada-adakan dalam urusan (agama) kami ini yang bukan berasal darinya, maka amalan tersebut tertolak’.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Keutamaan:
Doa ini mengandung munajat tentang harapan agar amalan shalih dapat diterima, dan hanya amalan shalih yang diterimalah amalan yang dapat kita ambil manfaatnya di akhirat kelak. Bisa dibayangkan jika seorang petani yang bekerja di kebunnya selama berbulan-bulan namun pada akhirnya dia tidak dapat mendapatkan hasil panennya. Sungguh sia-sia amal yang tidak diterima.
Imam al-Qurthuby mengisahkan dalam tafsir surat al-Ghasyiah: 3 bahwa ketika Umar bin Khattab sampai di negeri Syam, ia didatangi oleh seorang rahib tua yang kusam, Umar bin Khattab kemudian menangis setelah melihatnya. Lalu ditanyakan kepadanya: “Hai Amirul Mu’minin, apa gerangan yang membuatmu menangis?” Ia menjawab: “Sungguh kasihan orang itu, telah berusaha sekuat tenaga namun tidak mendapat hasilnya, telah berharap sebesar-besarnya namun tidak dapat meraihnya.”
Kemudian Umar membaca firman Allah: “Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, Bekerja keras lagi kepayahan, Memasuki api yang sangat panas (neraka).” [al-Ghasyiyah: 2-4]. Yakni dahulu (di dunia) mereka berlelah-lelah dalam ibadah, namun mereka tidak mendapat pahala dari ibadah itu akibat kekafiran dan kesesatan mereka.
Demikianlah nasib seseorang yang tidak diterima amalannya, sehingga jelaslah betapa agungnya kedudukan doa ini, karena diterimanya amalan akan menjadi sebab keselamatan baginya di akhirat.
Pelajaran yang dapat dipetik dari doa ini:
1. Tidak selayaknya kita merasa aman dengan amalan yang telah kita lakukan.
عن عائشة – رضي الله عنها – قالت: سألت رسول الله – صلى الله عليه وسلم – عن هذه الآية: (وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ) [المؤمنون: 60]: أهم الذين يشربون الخمر ويسرِقون؟!
Aisyah Radhiyallahu ‘Anha berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah tentang maksud dari ayat: Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut. (al-mukminun: 60). Apakah mereka adalah orang-orang yang meminum khamr dan mencuri?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
لا يا ابنة الصديق! ولكنهم الذين يصومون ويصلّون ويتصدَّقون، وهم يخافون ألاَّ يُقبل منهم، أولئك الذين يسارعون في الخيرات (أخرجه الترمذي والحاكم وصححه ووافقه الذهبي والألباني)
“Tidak demikian wahai putri ash-Shiddiq, namun mereka adalah orang-orang yang berpuasa, mendirikan shalat, dan bersedekah, sedangkan mereka takut amalan mereka itu tidak diterima. Mereka adalah orang-orang yang bersegera dalam kebaikan.” [dikeluarkan oleh at-Tirmidzi dan al-Hakim, dan al-Hakim menshahihkannya dan disepakati oleh adz-Dzahabi dan al-Albani].
2. Diterimanya amalan lebih penting daripada amalan itu sendiri. hal ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib:
كُونُوا لِقَبُولِ الْعَمَلِ أَشَدَّ اهْتِمَامَا مِنْكُمْ بِالْعَمَلِ
“Hendaklah kalian lebih memperhatikan penerimaan amalan kalian daripada amalan itu sendiri.” [Hilyatul Auliya’: Juz 1 Hal. 75]
3. Disyariatkannya berdoa menggunakan asma’ul husna sesuai dengan isi doa tersebut. Allah berfirman:
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu.” [al- A’raf: 180].
Penutup:
Tidak ada orang yang dapat menjamin diterimanya suatu amalan, oleh sebab itu sudah selayaknya kita bersungguh-sungguh dalam beramal dengan penuh rasa harap tanpa merasa aman dari tertolaknya amalan itu, serta dengan penuh rasa takut tanpa merasa putus asa dari penerimaan amalan tersebut, karena rasa harap dan rasa takut dalam beramal shalih seperti dua sayap burung yang selalu dibutuhkan agar dapat terbang dengan sempurna. Dan doa ini merupakan adalah salah satu jalan yang diberikan Allah bagi kita agar amalan kita diterima oleh-Nya.
Wallahu Ta’ala a’lam.