Doa Ketika Melihat Kuasa Allah Dalam Ciptaan-Nya
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
Pendahuluan
Ini merupakan doa yang diucapkan oleh para Ulul Albab setelah melihat kebesaran penciptaan Allah. Mereka adalah orang-orang beriman yang senantiasa mengingat Allah setiap saat; baik saat mereka sedang berdiri, duduk, maupun berbaring.
Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dari Atha’ bin Abi Rabah, ia berkata:
Aku berkata kepada Aisyah: “Beritahukanlah kepadaku sesuatu yang paling menakjubkan yang pernah kamu lihat dari Rasulullah.”
Lalu Aisyah menjawab: “Semua perkara Rasulullah menakjubkan. Pernah suatu malam beliau mendatangiku dan bersamaku dalam satu selimut. Kemudian ia berkata kepadaku: “Izinkanlah aku untuk beribadah kepada Rabb-ku.” Maka beliau berdiri dan mengambil wudhu, kemudian ia berdiri untuk shalat hingga ia menangis, hingga air matanya mengalir sampai ke dadanya. Lalu beliau sujud sambil menangis, lalu berdiri kembali sambil menangis. Beliau terus menangis sampai Bilal mengumandangkan adzan subuh.”
Aisyah melanjutkan:
“Wahai Rasulullah, Apa yang membuat engkau menangis padahal Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?” Rasulullah menjawab: “Bukankah sudah sepatutnya aku menjadi hamba yang bersyukur? Dan bagaimana aku tidak melakukan hal ini, sedangkan pada malam ini telah diturunkan kepadaku firman Allah:
﴿ إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الأَلْبَابِ * الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴾
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” [Ali Imran: 190-191].
Kemudian Rasulullah melanjutkan sabdanya: “Celakalah orang yang membaca ayat ini namun ia tidak menghayatinya.”
Makna Doa
- رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا (Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia)
Yakni tidaklah Engkau menciptakan ini untuk tujuan yang batil, namun Engkau menciptakannya dengan kebenaran dan untuk kebenaran. - سُبْحَانَكَ (Maha Suci Engkau)
Yakni Engkau yang menciptakan segala makhluk ini sungguh Maha Suci dari segala kekurangan dan aib. - فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (maka peliharalah kami dari siksa neraka)
Yakni dengan kebesaran dan kesucian-Mu ini, maka jauhkanlah kami dari siksa neraka.
Penjelasan
Menghayati ciptaan Allah merupakan salah satu jalan untuk mengetahui dan mengenal Allah Ta’ala, sebab jika kita melihat alam semesta yang begitu luas ini niscaya kita akan mendapati bahwa semua ini merupakan tanda kekuasaan-Nya yang sangat jelas. Oleh sebab itu, selayaknya bagi kita untuk senantiasa menghayati dan mentafakkuri ciptaan-ciptaan-Nya sehingga dapat menjadi pengantar bagi kita untuk mengetahui kekuasaan dan kebesaran-Nya.
Dalam al-Qur’an terdapat banyak sekali ayat-ayat yang menganjurkan kita untuk melihat dan memperhatikan ciptaan-ciptaan Allah Ta’ala. Sebagai satu contoh Allah berfirman dalam surat al-Ghasyiyah ayat 17-20:
أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ. وَإِلَى السَّمَاء كَيْفَ رُفِعَتْ. وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ. وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ.
“Maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan? dan langit, bagaimana ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan? Dan bumi bagaimana dihamparkan?”
Demikianlah Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk memperhatikan dan mentafakkuri berbagai ciptaan-Nya sebagai jalan untuk mengenal-Nya dan mengetahui kuasa-Nya, dan Dia tidak memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk memikirkan dan mentafakkuri Dzat-Nya sebagai jalan untuk itu.
Hal ini kerena memikirkan dan mentafakkuri ciptaan Allah akan menumbuhkan rasa takut dan meningkatkan keimanan kepada-Nya; sedangkan memikirkan dan mentafakkuri Dzat-Nya hanya akan membuahkan kebingungan dan kesesatan, sebab Dzat-Nya tidak dapat dijangkau oleh akal manusia; bahkan banyak sekte-sekte sesat dalam Islam yang disebabkan karena mereka berlarut-larut dalam memikirkan Dzat Allah.
Para Salafusshalih menjadikan tafakkur sebagai bagian dari aktifitas ibadah dan penghambaan mereka kepada Allah Ta’ala, dan mereka telah menjadi sebaik-baik teladan bagi generasi setelah mereka. Imam Hasan al-Basri mengatakan:
تفكر ساعة خير من قيام ليلة
“Bertafakkur sesaat lebih baik daripada mengerjakan shalat semalam penuh.” [Tafsir Ibnu Katsir, 1/658].
Sedangakan Ummu Darda’ pernah menceritakan tentang suaminya, Abu Darda’ dengan mengatakan:
كانت أكثر عبادة أبي الدرداء التفكّر
“Ibadah yang paling banyak dilakukan Abu Darda adalah bertafakkur.” [Hilyatul Auliya’ 1/180].
Dan dalam al-Qur’an Allah mengolok hamba-hamba-Nya yang enggan untuk mentafakkuri tanda-tanda kekuasaan-Nya yang ada di langit dan di bumi. Allah Ta’ala berfirman:
وكأين من آية في السماوات والأرض يمرون عليها وهم عنها معرضون . وما يؤمن أكثرهم بالله إلا وهم مشركون
“Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya. Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, mereka dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” [QS. Yusuf: 105-106].
Oleh sebab itu, hendaklah kita meneladani para salafusshalih yang menjadikan tafakkur sebagai suatu ibadah yang agung, serta tidak meniru orang-orang musyrik yang perpaling dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Dan ketika kita mendapati kebesaran dan kekuasaan Allah dalam ciptaan-Nya ketika kita bertafakkur, maka hendaklah kita mengucapkan doa yang kita bahas ini.
Doa ini mengandung permohonan kepada Allah agar Dia menjauhkan kita dari api neraka, sebab orang yang menyaksikan kebesaran dan kekuasaan-Nya akan tumbuh dalam dirinya rasa takut dan khusyu’. Karena orang tersebut mengetahui bahwa Dzat yang berkuasa untuk menciptakan alam semesta ini mampu pula untuk menciptakan neraka yang mamiliki siksaan yang amat dahsyat dan pedih.
Penutup
Memperhatikan dan mentafakkuri kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya dapat menambah dan menguatkan keimanan dalam hati, dan dapat mengokohkan keyakinan, serta mendatangkan ketakutan kepada-Nya. Dan orang yang telah mengetahui kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya akan mudah untuk meninggalkan kemaksiatan; seorang ulama bernama Bisyr bin al-Harits al-Hafi mengatakan:
لو تفكر الناس في عظمة الله لما عصوه
“Jika saja manusia mentafakkuri kebesaran Allah Ta’ala niscaya ia tidak akan bermaksiat.” [Tafsir Ibnu Katsir 1/68].
Semoga Allah mengaruniakan kepada kita taufik untuk senantiasa bertafakkur dan memperhatikan tanda-tanda kebesaran-Nya yang ada di langit dan di bumi, sehingga dapat menambah keimanan, keyakinan, dan ketakutan kita kepada-Nya, serta memudahkan kita untuk meninggalkan kemaksiatan dan larangan-Nya.