Shirat
Shirat adalah jembatan yang dibentangkan di atas neraka Jahanam. Ia sebagaimana yang dikatakan Abu Sa’id al-Khudri, “Lebih halus dari sehelai rambut dan lebih tajam dari pedang.” (HR. Muslim).
Semua manusia pasti akan melewati shirat. Allah berfirman, “Dan tidak ada seorang pun dari kamu, melainkan akan mendatanginya. ..dst.” (QS. Maryam: 71)
وَيُضْرَبُ جِسْرُ جَهَنَّمَ » . قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم :« فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يُجِيزُ ، وَدُعَاءُ الرُّسُلِ يَوْمَئِذٍ : اللَّهُمَّ سَلِّمْ سَلِّمْ ، وَبِهِ كَلاَلِيبُ مِثْلُ شَوْكِ السَّعْدَانِ ، أَمَا رَأَيْتُمْ شَوْكَ السَّعْدَانِ ؟ » . قَالُوا : بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ :« فَإِنَّهَا مِثْلُ شَوْكِ السَّعْدَانِ ، غَيْرَ أَنَّهَا لاَ يَعْلَمُ قَدْرَعِظَمِهَا إِلاَّ اللَّهُ ، فَتَخْطَفُ النَّاسَ بِأَعْمَالِهِمْ ، مِنْهُمُ الْمُوبَقُ ، بِعَمَلِهِ وَمِنْهُمُ الْمُخَرْدَلُ ، ثُمَّ يَنْجُو ،
“Shirath pun dibentangkan di atas neraka Jahanam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku adalah orang yang pertama melewatinya. Ketika itu, doa para rasul adalah, “Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah.” Di neraka Jahanam terdapat jeruji besi yang mirip dengan duri pohon Sa’dan. Pernahkah kamu melihat duri pohon Sa’dan?” Para sahabat menjawab, “Ya, pernah wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Jeruji itu mirip dengan duri pohon Sa’dan, hanya saja tidak ada yang mengetahui besarnya selain Allah. Jeruji itu akan menyambar manusia sesuai dengan amal mereka. Di antara mereka ada yang celaka karena amalnya dan di antara mereka ada yang terlempar kemudian selamat …dst” (HR. Bukhari)
Umat manusia yang melewati shirat beraneka ragam nasibnya, ada yang melewatinya laksana kilat yang menyambar, ada yang melewatinya laksana angin yang kencang, ada yang melewatinya laksana burung yang terbang, sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di ujung shirat sambil berdoa, “Ya Rabbi, selamatkanlah, selamatkanlah.” Hingga datanglah seseorang yang tidak mampu berjalan kecuali dengan merangkak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَفِى حَافَتَىِ الصِّرَاطِ كَلاَلِيبُ مُعَلَّقَةٌ مَأْمُورَةٌ بِأَخْذِ مَنْ أُمِرَتْ بِهِ فَمَخْدُوشٌ نَاجٍ وَمَكْدُوسٌ فِى النَّارِ » . وَالَّذِى نَفْسُ أَبِى هُرَيْرَةَ بِيَدِهِ إِنَّ قَعْرَ جَهَنَّمَ لَسَبْعُونَ خَرِيفًا .
“Dan di sekitar shirat ada jeruji besi yang menggantung, di mana ia diperintahkan menyambar orang yang telah diizinkan untuk diambil. Ada yang tercakar namun selamat dan ada yang terjatuh ke dalam neraka.”
Abu Hurairah berkata, “Demi Allah yang jiwa Abu Hurairah di Tangan-Nya, sesungguhnya kedalaman neraka Jahanam mencapai lama tujuh puluh tahun.” (HR. Muslim)
Setelah Melewati Shirat
Setelah selesai melewati shirat dan tidak terjatuh ke dalam neraka Jahanam, maka diberlakukan qishas antara kaum mukmin agar mereka masuk ke dalam surga dalam keadaan sempurna dan bersih dari kesalahan. Mereka ditahan di sebuah qantharah (jembatan). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« إِذَا خَلَصَ الْمُؤْمِنُونَ مِنَ النَّارِ حُبِسُوا بِقَنْطَرَةٍ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ ، فَيَتَقَاصُّونَ مَظَالِمَ كَانَتْ بَيْنَهُمْ فِى الدُّنْيَا ، حَتَّى إِذَا نُقُّوا وَهُذِّبُوا أُذِنَ لَهُمْ بِدُخُولِ الْجَنَّةِ ، فَوَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم بِيَدِهِ لأَحَدُهُمْ بِمَسْكَنِهِ فِى الْجَنَّةِ أَدَلُّ بِمَنْزِلِهِ كَانَ فِى الدُّنْيَا » .
“Apabila kaum mukmin telah lolos dari neraka, maka mereka akan ditahan di qantharah yang terletak antara surga dan neraka. Ketika itulah, mereka saling mengqishas kezaliman yang terjadi di antara mereka di dunia. Sehingga apabila, mereka telah dibersihkan dan disucikan, maka diizinkanlah mereka memasuki surga. Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya, sungguh salah seorang di antara mereka lebih mengetahui tempat tinggalnya di surga daripada tempat tinggalnya di dunia.” (HR. Bukhari)
Ada yang mengatakan, bahwa qantharah merupakan bagian ujung shirat yang dekat dengan surga, dan ada yang mengatakan bahwa qantharah adalah jembatan lain yang khusus bagi kaum mukmin, wallahu a’lam.
Surga
Surga merupakan tempat orang-orang yang bertakwa. Luasnya seluas langit dan bumi. Kenikmatan di dalamnya tidak terbayangkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ اللَّهُ : أَعْدَدْتُ لِعِبَادِى الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ ، وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ
Allah berfirman, “Aku siapkan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga dan belum pernah terlintas di hati manusia.” (HR. Bukhari)
Di antara kenikmatannya adalah sbb:
– Makanannya sangat mewah dan lezat, ada buah-buahan dan daging burung yang nikmat (lih. Al Waaqi’ah: 20-21).
– Minumannya beraneka ragam, mereka dilayani oleh anak-anak muda yang tetap muda. Mereka didampingi oleh bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik (lih. Al Waqi’ah: 17-22)
– Penghuni surga diberi perhiasan dengan gelang-gelang emas dan mutiara, dan pakain mereka adalah sutera (lih. Fathir: 33), sedang mereka duduk bersandar di atas dipan-dipan yang indah (lih. Al Kahfi: 31).
– Tempat tidurnya tinggi, di dekatnya ada gelas-gelas yang diletakkan, bantal-bantalnya tersusun rapi dan ada permadani yang terhampar (lih. Al Ghaasyiyah: 13-16).
– Penghuninya bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutera, sedangkan buah-buahannya dapat dipetik dari dekat (lih. Ar Rahman: 54).
– Di dalamnya terdapat sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, ada pula sungai dari air susu, dari arak dan dari madu (lih. Muhammad: 15).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ فِى الْجَنَّةِ بَحْرُ الْمَاءِ وَ بَحْرُ الْعَسَلِ وَ بَحْرُ اللَّبَنِ وَ بَحْرُ الْخَمْرِ ثُمَّ تُشَقَّقُ الْأَنْهَارُ بَعْدُ
“Sesungguhnya di surga ada laut air (yang tidak berubah rasa), laut madu, laut susu dan laut arak, lalu dipencarkanlah sungai-sungai (dari laut-laut tersebut).” (HR. Ahmad dan Tirmidzi, Shahihul Jami’ no. 2122)
– Di dalamnya terdapat pohon bidara yang tidak berduri, pohon pisang yang tersusun buahnya dan naungan yang terbentang luas serta air yang tercurah (lih. Al Waqi’ah: 27-31).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَشَجَرَةٌ يَسِيْرُ الرَّاكِبُ الْجَوَادُ الْمُضَمِّرُ السَّرِيْعُ فِي ظِلِّهَا مِائَةَ عَامٍ مَا يَقْطَعُهَا
“Sesungguhnya di surga terdapat pohon (besar), di mana seorang pembalap kuda yang cepat yang mengempiskan kudanya, tetap dalam naungannya, ia belum bisa melewatinya meskipun sudah seratus tahun (berlaju).”
(HR. Ahmad, Bukhari, Muslim dll, lih. Shahihul Jami’ no. 2125)
– Penghuni surga tetap muda dan tidak pernah tua, tetap sehat dan tidak pernah sakit, tetap senang dan tidak pernah sedih. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« يُنَادِى مُنَادٍ إِنَّ لَكُمْ أَنْ تَصِحُّوا فَلاَ تَسْقَمُوا أَبَدًا وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَحْيَوْا فَلاَ تَمُوتُوا أَبَدًا وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَشِبُّوا فَلاَ تَهْرَمُوا أَبَدًا وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَنْعَمُوا فَلاَ تَبْتَئِسُوا أَبَدًا » .
“Akan ada yang menyeru (kepada penghuni surga), “Sesungguhnya kamu akan sehat dan tidak akan sakit selama-lamanya. Kamu akan hidup dan tidak akan mati selama-lamanya. Kamu akan muda dan tidak akan tua selama-lamanya dan kamu akan senang dan tidak akan sengsara selama-lamanya.” (HR. Muslim)
Oleh: Marwan bin Musa
Artikel www.Yufidia.com
Maraji’: Syarh ‘Aqidah Wasithiyyah (Syaikh Shalih Al Fauzan), Tafsir Al Baghawi (Imam Al Baghawi), Tafsir Ibnu Katsir (Imam Ibnu Katsir) Rintangan setelah kematian (Ust. Zainal Abidin), dll.