Siapkah Ja’d bin Dirham?

Tidak banyak referensi yang mengungkap seluk-beluk Ja’d bin Dirham. Kitab-kitab yang ada tidak menyinggungnya, kecuali sebatas yang berkaitan dengan bid’ah yang dilahirkannya.
Rujukan yang ada menyatakan, ia seorang maula (bukan Arab asli, mantan budak). As Sam’ani, Az Zabidi dan Ibnul Atsir secara jelas menyatakan bahwa ia adalah maula Suwaid bin Ghafiah bin Ausajah Al Ju’fi.

Ibnu Katsir berpendapat, asal usul Ja’d bin Dirham ialah dari Khurasam, Persia. Kelahirannya tidak diketahui. Kalau bukan karena bid’ah yang diusungnya, sudah tentu ia tidak menjadi populer. Sejak kecil, tokoh kesesatan ini tumbuh dalam komunitas yang buruk, yaitu Jazirah Furat. Dalam hal ini, Al Harawi mengatakan: “Adapun Ja’d, ia orang Jazari tulen. Penisbatan ini mengacu kepada daerah nama Jazirah, yang terletak antara sungai Dajlah (Trigis) dan Furat (Eufrat), tepatnya di distrik Harran.” Selengkapnya tentang Ja’d bin Dirham di artikel ini.

Beberapa Pemikiran Berbahaya yang Dimunculkan Ja’d bin Dirham

1. Pengingkaran terhadap sang Pencipta.

Sikap ini mempunyai konsekuensi pengingkaran dzat Allah. Menurut pandangannya, Allah hanyalah khayalan belaka, tidak ada hakikatnya dalam realita. Oleh karena itu, sedikitpun Ja’d tidak menyifati Allah dengan sifat apapun. Ja’d orang pertama yang melontarkannya, mendahului Jahm bin Shafwan. Hanya saja, Jahm bin Shafwan ini lebih agresif dalam menjajakan keyakinannya, sehingga ia lebih dikenal dengan nama aqidah Jahmiyah ketimbang aqidah Ja’diyah.

2. Pengingkaran bahwa Allah berbicara (sifat al kalam).

Menurut Ibnu Taimiyah, pengingkaran ini sebenarnya merupakan pengingkaran kepada hakikat risalah yang dibawa Nabi. Guru-guru Ja’d yang berasal dari kalangan Shabiah, filosof yang tidak meyakini keberadaan dzat tuhan, apalagi hanya “sekedar” sifat kalamnya. Demikian anggapan sesat Ja’d tentang sifat al kalam.

3. Allah tidak mencintai siapapun (pengingkaran sifat mahabbah).

Dengan pernyataan ini, Ja’d mengingkari kalau Ibrahim adalah Khalilullah (kekasih Allah).

4. Penentangan nash dengan logika akal.

Ja’d adalah aktor pertama yang menelurkan bid’ah ini. Dari sini mulailah pintu keburukan buat umat terbuka. Ibnu Taimiyah menyatakan: Ketika muncul kelompok Jahmiyah, mereka itulah kelompok orang yang menentang nash dengan akal mereka. Adapun tokoh pertamanya adalah Ja’d bin Dirham.

5. Pengingkaran terhadap takdir.

Al Baghdadi dalam Al Farqu Bainal Firaq (h. 18-19) menyebutnya masuk kelompok Qadariyah. Al Baghdadi mengatakan: Kemudian muncullah di akhir generasi sahabat pertentangan tentang takdir dari kelompok Qadariyah, yaitu dari Ma’bad Al Juhani, Ghailan Ad Dimasyqi dan Ja’d bin Dirham.

Komentar Ulama Tentang Ja’d bin Dirham

Al Lalikai menyatakan, “Orang yang pertama kali mengatakan Al-Quran makhluk adalah Ja’d bin Dirham.”

Komentar senada juga diungkapkan Ibnu Katsir dan Ibnu Asakir.
Ibnul Atsir mengatakan, “Kabarnya Ja’d termasuk zindiq.”
Sedangkan Adz Dzahabi menjelaskan, “Ja’d bin Dirham adalah orang sesat. Khalid menyembelihnya. Ia (Ja’d) mengingkari kalau Ibrahim adalah Khalilullah.”

Adapun As Suyuthi menjelaskan, “Orang yang pertama kali melontarkan ungkapan keji dalam aqidah adalah Ja’d bin Dirham.”

Al Harawi berkata, “Adapun fitnah pengingkaran Kalamullah, (maka) orang yang pertama kali menghidupkan adalah Ja’d bin Dirham. Ketika orang ini muncul, (Ibnu Syihab) Az Zhuri berkomentar: ‘Ia bukan termasuk umat Muhammad’.”

***

Sumber: Majalah As-Sunnah Edisi 3 Tahun IX 1426 H/2005M
www.yufidia.com

Flashdisk Video Belajar Iqro Belajar Membaca Al-Quran

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28