Hadis Niat
Terdapat sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, yang dikenal dengan “hadis niat”. Berikut redaksi hadisnya,
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ- أَنَّهُ قَالَ عَلَى الْمِنْبَرِ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ– يَقُولُ: « إِنَّمَا الأَعْمَال بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُه إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ و مَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ » رواه البخاري و مسلم
Dari Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu, bahwa beliau berkhotbah di atas mimbar, “Saya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya, amal itu hanya dinilai berdasarkan niatnya, dan sesungguhnya pahala yang diperoleh seseorang sesuai dengan niatnya. Barang siapa yang niat hijrahnya menuju Allah dan Rasul-Nya maka dia akan mendapat pahala hijrah menuju Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya dengan niat mendapatkan dunia atau wanita yang ingin dinikahi maka dia hanya mendapatkan apa yang dia inginkan.’” (HR. Al-Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907)
Hadis ini banyak mendapatkan perhatian istimewa dari para ulama. Banyak di antara mereka yang menempatkan hadis ini dalam urutan pertama kitab-kitab hadis, di antaranya: Shahih Al-Bukhari, Arba`in An-Nawawi, dan beberapa kitab kumpulan hadis lainnya. Ibnu Rajab mengatakan, “Al-Bukhari membawakan hadis ini di bagian pertama kitab Shahihnya, sebagai pembukaan bagi kitabnya. Ini menunjukkan isyarat dari beliau bahwa setiap amal yang tidak dimaksudkan untuk mengaharap wajah Allah adalah amal yang batal, tidak ada nilainya di dunia dan di akhirat.” (Ibnu Rajab, Jami’ Al-Ulum wa Al-Hikam, hlm. 11, Dar Al-Hadits, Mesir, 1424 H)
Mengingat pentingnya hadis ini, banyak ulama yang menasihatkan agar hadis ini dijadikan sebagai hadis pertama dalam tulisannya. Abdurrahman bin Mahdi mengatakan, “Barang siapa yang ingin menulis kitab, hendaknya dia memulai dengan ‘hadis niat’.” Beliau juga mengatakan, “Andaikan saya menulis kitab yang terdiri dari banyak bab, niscaya saya akan jadikan hadis ini (ada) di setiap bab.” Imam Syafi’i mengatakan, “Hadis ini mencakup sepertiga ilmu, dan termasuk dalam 70 bab fikih.”
Sementara, Imam Ishaq bin Rahawaih mengatakan, “Ada empat hadis yang menjadi prinsip dalam agama: hadis Umar (tentang niat), hadis tentang halal dan haram itu jelas, hadis tentang proses penciptaan manusia, dan hadis tentang semua perbuatan bid`ah pasti tertolak.” (Ibnu Rajab, Jami’ Al-Ulum wa Al-Hikam, hlm. 12, Dar Al-Hadits, Mesir, 1424 H)
Di antara pelajaran penting yang bisa digali dari hadis ini adalah:
- Pentingnya menata hati ketika hendak beramal, karena nilai pahala suatu amal tergantung pada niatnya. Ibnul Mubarak mengatakan, “Betapa banyak amal kecil namun pahalanya besar karena niatnya, dan betapa banyak amal besar namun pahalanya sedikit karena niatnya.” (Ibnu Rajab, Jami’ Al-Ulum wa Al-Hikam, hlm. 13, Dar Al-Ma`rifah, Beirut, 1408 H)
- Beribadah karena keinginan dunia menyebabkan seseorang tidak mendapat pahala di sisi Allah.
- Keutamaan berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya.
Artikel www.yufidia.com
hamdan
Bismillah…ijin share, copy dll y…