Kiamat Hari Pengadilan

Di padang mahsyar, saat manusia merasakan derita yang begitu berat, matahari didekatkan kepada mereka dengan jarak satu mil, sehingga mengucurlah keringat mereka. Mereka pun mendatangi para nabi ulul ‘azmi, meminta syafaatnya (agar mau berbicara dengan Allah), namun masing-masing mereka tidak menyanggupinya hingga akhirnya permintaan itu ditujukan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Beliau menyanggupinya. Beliau  pun datang.menghadap Allah, meminta kepada-Nya untuk datang memberikan keputusan,

“Dan datanglah Tuhanmu; sedang Malaikat berbaris-baris–Pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu sadarlah manusia, namun tidak berguna lagi kesadaran itu baginya.” (QS. Al Fajr: 22-23)

Neraka Jahannam didatangkan dengan ditarik oleh para malaikat dalam jumlah yang sangat banyak, karena berat dan besarnya neraka Jahannam.

Ketika itu, semua cahaya yang ada sirna, matahari digulung, bulan diredupkan cahayanya, kemudian keduanya dikumpulkan dan dijatuhkan ke dalam neraka yang begitu besar dan dalam, sedang manusia dalam kegelapan, maka bersinarlah bumi dengan cahaya Allah,

“Dan terang benderanglah bumi (padang Mahsyar) dengan cahaya Tuhannya, dan buku (catatan amal masing-masing) diberikan (kepada masing-masing), nabi-nabi dan saksi pun dihadirkan…dst.” (QS. Az Zumar: 69)

Masing-masing manusia dipanggil namanya di hadapan orang banyak untuk menghadap Allah. Ketika itu, manusia didekatkan oleh malaikat ke tempat hisab. Pada saat itu, semua pandangan makhluk tertuju kepadanya, hati orang yang dipanggil itu berdebar, jantungnya berdetak kencang dan keadaan menjadi tegang saat dirinya mengetahui di mana tempat yang ditentukan untuknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Tidak ada seorang pun di antara kamu, kecuali akan diajak bicara oleh Allah, tidak ada antara dia dengan Allah seorang penerjemah. Dia melihat ke sebelah kanannya, maka tidak dilihatnya selain amal yang dikerjakannya. Dia melihat sebelah kirinya, maka tidak dilihatnya selain amal yang dikerjakannya. Dia pun melihat ke depannya, ternyata yang dilihatnya adalah neraka, maka jagalah dirimu dari neraka meskipun dengan menginfakkan separuh kurma.” (HR. Muslim)

Sementara manusia yang pertama kali dipanggil adalah Nabi Adam ‘alaihis salam dengan tujuan untuk memisahkan antara calon penghuni surga dan calon penghuni neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Manusia yang pertama dipanggil pada hari kiamat adalah Adam. Ketika itu, anak cucunya berusaha melihatnya. Lalu dikatakan, “Inilah bapak kalian, Adam.” Adam berkata, “Saya sambut panggilanmu dengan senang hati” yang memanggil tadi berkata, “Tampilkanlah rombongan penghuni Jahannam dari kalangan anak cucumu!” Adam bertanya, “Ya Rabbi, berapa orang yang harus saya tampilkan?” Allah berfirman, “Tampilkanlah sembilan puluh sembilan orang dari seratus orang!” lalu para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, jika Adam mengambil dari kita sembilan puluh sembilan orang dari seratus orang, siapakah di antara kita yang masih tersisa?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya umatku dibanding umat-umat yang lain seperti sehelai bulu putih di badan sapi yang berwarna hitam.” (HR. Bukhari, Shahihul Jami’ no. 3583)

Nasib Manusia Ketika Dihisab

Ketika menjalani hisab (proses pemeriksaan amal), maka manusia terbagi menjadi tiga kelompok:

Pertama, kelompok kaum mukmin yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Umat-umat terdahulu ditampakkan kepadaku, maka aku temukan seorang nabi bersama sekelompok umat, seorang nabi berjalan bersama beberapa orang, seorang nabi berjalan bersama sepuluh orang, seorang nabi berjalan bersama lima orang dan ada nabi yang berjalan sendiri. Tiba-tiba aku melihat sejumlah besar manusia. Aku pun bertanya, “Wahai Jibril! Apakah mereka ini umatku?” Jibril menjawab, “Bukan, tetapi lihatlah ke arah ufuk!” Beliau berkata, “Maka aku melihat sejumlah besar manusia.” Jibril berkata, “Inilah umatmu, dan mereka yang berjalan di depan berjumlah 70.000 orang (yang akan masuk surga) tanpa hisab dan tanpa azab.” Aku bertanya, “Mengapa?” Jibril menjawab,

كَانُوا لاَ يَكْتَوُونَ ، وَلاَ يَسْتَرْقُونَ ، وَلاَ يَتَطَيَّرُونَ ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ » .

“(Karena) mereka tidak mengobati luka mereka dengan besi panas, mereka tidak meminta diruqyah, mereka tidak bertathayyur (merasa sial dengan sesuatu) dan mereka bertawakkal kepada Tuhan mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kedua, kelompok yang dihisab dengan mudah. Merekalah orang yang diberi catatan amal dari sebelah kanannya. Kepada mereka hanya diperlihatkan catatan amal mereka, lalu dimaafkan.  Merekalah yang disebutkan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:

« إِنَّ اللَّهَ يُدْنِى الْمُؤْمِنَ فَيَضَعُ عَلَيْهِ كَنَفَهُ ، وَيَسْتُرُهُ فَيَقُولُ : أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا ؟ أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا ؟ فَيَقُولُ : نَعَمْ أَىْ رَبِّ . حَتَّى إِذَا قَرَّرَهُ بِذُنُوبِهِ وَرَأَى فِى نَفْسِهِ أَنَّهُ هَلَكَ قَالَ : سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِى الدُّنْيَا ، وَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ . فَيُعْطَى كِتَابَ حَسَنَاتِهِ ، وَأَمَّا الْكَافِرُ وَالْمُنَافِقُونَ فَيَقُولُ الأَشْهَادُ هَؤُلاَءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ ، أَلاَ لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ » .

Sesungguhnya Allah akan mendekatkan orang mukmin, lalu Dia meletakkan tirai-Nya dan menutupinya (dari keramaian), Dia berfirman, “Kamu kenal dosa ini? Kamu kenal dosa ini? Ia menjawab, “Ya, wahai Tuhanku” sehingga apabila ia telah mengakui dosa-dosanya dan merasakan bahwa dirinya akan binasa, Allah berfirman,”Aku telah menutupi dosamu di dunia dan Aku akan mengampuninya pada hari ini.” Maka ia diberikan catatan amal kebaikannya. Sedangkan orang-orang kafir dan munafik, maka para saksi berkata (di hadapan seluruh makhluk), “Merekalah orang-orang yang mendustakan Tuhan mereka. Ingatlah! Sesungguhnya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim.” (HR. Bukhari)

Ketiga, kelompok yang dihisab dengan berat, yaitu mereka yang keburukannya lebih banyak daripada kebaikannya. Merekalah orang yang diberi catatan amal dari sebelah kirinya. Allah berfirman:

“Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata, “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini).—Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku.–Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu.– Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku.–Telah hilang kekuasaanku dariku.” (QS. Al Haaqqah: 25-29)

Yang demikian adalah karena mereka melupakan Allah sewaktu di dunia; mereka lupa mengingat-Nya dan lupa terhadap hak-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَوَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لاَ تُضَارُّونَ فِى رُؤْيَةِ رَبِّكُمْ إِلاَّ كَمَا تُضَارُّونَ فِى رُؤْيَةِ أَحَدِهِمَا – قَالَ – فَيَلْقَى الْعَبْدَ فَيَقُولُ أَىْ فُلْ أَلَمْ أُكْرِمْكَ وَأُسَوِّدْكَ وَأُزَوِّجْكَ وَأُسَخِّرْ لَكَ الْخَيْلَ وَالإِبِلَ وَأَذَرْكَ تَرْأَسُ وَتَرْبَعُ فَيَقُولُ بَلَى . قَالَ فَيَقُولُ أَفَظَنَنْتَ أَنَّكَ مُلاَقِىَّ فَيَقُولُ لاَ . فَيَقُولُ فَإِنِّى أَنْسَاكَ كَمَا نَسِيتَنِى …. ثُمَّ يَلْقَى الثَّالِثَ فَيَقُولُ لَهُ مِثْلَ ذَلِكَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ آمَنْتُ بِكَ وَبِكِتَابِكَ وَبِرُسُلِكَ وَصَلَّيْتُ وَصُمْتُ وَتَصَدَّقْتُ . وَيُثْنِى بِخَيْرٍ مَا اسْتَطَاعَ فَيَقُولُ هَا هُنَا إِذًا – قَالَ – ثُمَّ يُقَالُ لَهُ الآنَ نَبْعَثُ شَاهِدَنَا عَلَيْكَ . وَيَتَفَكَّرُ فِى نَفْسِهِ مَنْ ذَا الَّذِى يَشْهَدُ عَلَىَّ فَيُخْتَمُ عَلَى فِيهِ وَيُقَالُ لِفَخِذِهِ وَلَحْمِهِ وَعِظَامِهِ انْطِقِى فَتَنْطِقُ فَخِذُهُ وَلَحْمُهُ وَعِظَامُهُ بِعَمَلِهِ وَذَلِكَ لِيُعْذِرَ مِنْ نَفْسِهِ . وَذَلِكَ الْمُنَافِقُ وَذَلِكَ الَّذِى يَسْخَطُ اللَّهُ عَلَيْهِ

Demi Allah yang jiwaku berada di Tangan-Nya, kalian tidak akan kesulitan melihat Rabb kalian kecuali sebagaimana kalian melihat salah satu dari keduanya (matahari atau bulan purnama), -maksudnya tidak sulit-. Kemudian Allah bertemu dengan seorang hamba dan berkata, “Hai fulan! Bukankah Aku telah memuliakanmu, meninggikanmu, memberikan pasangan untukmu, memudahkan kamu menggunakan kuda dan onta, membiarkan kamu berkuasa dan bertindak semaumu?” Ia menjawab, “Ya.” Allah berkata lagi, “Apakah kamu yakin akan bertemu dengan-Ku?” Ia menjawab, “Tidak.” Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku melupakanmu sebagaimana kamu melupakan-Ku……dst. Kemudian Allah bertemu dengan orang yang ketiga dan berkata kepadanya seperti di atas. Ia pun menjawab, “Wahai Tuhanku, aku beriman kepada-Mu, kepada kitab-Mu dan kepada rasul-rasul-Mu. Aku pun shalat, berpuasa dan bersedekah” dan ia memuji dirinya dengan kebaikan semampunya. Allah berfirman, “Kalau begitu kamu tetap disini!” Lalu dikatakan kepadanya, “Sekarang Kami akan membangkitkan saksimu”, ia pun berpikir dalam hati siapa yang akan menjadi saksinya, lalu mulutnya dikunci dan dikatakan kepada paha, daging dan tulang, “Berbicaralah!” maka pahanya berbicara, dagingnya berbicara dan tulangnya pun berbicara tentang amalnya. Hal itu dimaksudkan agar ia membatalkan sendiri alasannya. Itulah orang munafik dan itulah orang yang dimurkai Allah.” (HR. Muslim)

Ditimbangnya Amal Manusia

Penimbangan amal setelah dihisab termasuk bukti keadilan Allah. Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidaklah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pasti Kami akan mendatangkan (pahala)nya…dst.” (QS. Al Anbiyaa’: 47)

Barangsiapa yang berat timbangan kebaikannya, maka merekalah orang-orang yang beruntung. Sebaliknya, barangsiapa yang ringan timbangan kebaikannya maka rugilah dia dan ia akan masuk ke neraka (lihat Al Mu’minun: 102-103 dan Al Qaari’ah: 6-11).

Menjaga Tauhid, Dzikrullah dan berakhlak mulia merupakan sebab beratnya timbangan

Di tengah-tengah gentingnya suasana, ada seorang yang selesai dihisab di hadapan seluruh makhluk dan hendak ditimbang amalnya, lalu dibuka 99 catatan amal buruknya, masing-masing catatan amal buruk sejauh pandangan mata (karena banyaknya dosa yang dilakukan), kemudian disiapkan pula lembaran kebaikan yang di sana tertulis, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya”, maka ketika ditimbang, catatan amal buruk menjadi ringan dan lembaran tersebut ternyata lebih berat (Sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Tirmidzi, Shahihul Jami’ no. 1776).

Tidak hanya itu, ada pula amalan ringan lainnya yang memberatkan timbangan, yaitu ucapan Subhaanallah wa bihamdih, subhaanallahil ‘azhiim (sebagaimana dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim). Demikian juga akhlak mulia, ia pun sama memberatkan timbangan (sebagaimana dalam hadis riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi, dan dishahihkan oleh al-Albani).

Ditulis oleh ustadz: Marwan bin Musa

Maraji’: Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jama’ah (Dr. Nashir bin Abdul Karim Al ‘Aql), Rintangan setelah kematian (Ust. Zainal Abidin), dll.

Flashdisk Video Belajar Iqro Belajar Membaca Al-Quran

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28