Ibnu Qudamah al-Hanbali mengatakan:
وَيُكْرَهُ أَنْ يُؤَخِّرَ خَتْمَةَ الْقُرْآنِ أَكْثَرَ مِنْ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا
“Dimakruhkan bagi seorang muslim tidak khatam baca al-Quran dalam 40 hari.” (Al-Mughni 2/611, Dar Alam al-Kutub)
Yang dimaksud khatam baca al-Quran adalah satu orang baca al-Quran dari surat al-Fatihah sampai an-Nas.
Jika 30 juz al-Quran dibagikan kepada 30 orang sehingga masing-masing orang hanya baca satu juz saja dalam satu hari tidaklah disebut khatam membaca Al-Quran.
Menurut Ibnu Qudamah minimal khatam baca al-Quran adalah sekali per 40 hari.
Ini adalah satu pendapat dalam masalah ini.
Pendapat patut kita jadikan bahan renungkan di Bulan Ramadhan ini yang merupakan bulan al-Quran.
Kita patut merenung seberapa kedekatan kita dengan al-Quran.
Mengapa banyak dari kita kesulitan untuk memenuhi standar minimal khatam baca al-Quran?
Jika standar minimal khatam baca al-Quran saja tidak bisa kita capai layakkah kita mengklaim sudah imbang dunia dan akhirat?
Jika standar minimal khatam baca al-Quran saja sulit untuk kita capai layakkah kita nasehati diri sendiri atau orang lain ‘jangan terlalu sibuk dengan akherat’?
Bukankah lebih tepat jika kita nasehati diri kita sendiri, “Wahai diri, jangan sibuk dengan dunia fana dan hal yang sia-sia karena ada akhirat yang jauh lebih utama.”
Semoga Allah memberikan maaf-Nya kepada penulis dan semua pembaca tulisan ini akan keteledoran diri sehingga ‘jauh’ dari al-Quran, kitab suci. Aamiin.
Penulis: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.P.I.