تفاءل لتشفى

Oleh:

Dr. Shalah Abdul Syakur

د. صلاح عبدالشكور

 

Salah satu cara paling manjur dan terkuat untuk memerangi penyakit dan musibah yang menimpa seseorang dalam hidupnya adalah optimisme. Secara singkat, optimisme adalah pandangan penuh harapan terhadap masa depan, yang membuat pelakunya senantiasa memperkirakan yang terbaik, menanti hadirnya hal yang baik dan indah, menatap kepada kesuksesan dan keadaan terbaik, dan mengenyampingkan hal-hal selain itu. Dalam terminologi syariat, optimisme merupakan sangkaan baik kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan segala takdir yang terjadi pada seorang hamba. Dulu pemimpin orang-orang optimis, Nabi kita Shallallahu Alaihi Wa Sallam sangat menyukai sikap optimis yang positif. Beliau bersabda:

لَا طِيَرَةَ، وَخَيْرُهَا الفَأْلُ. قَالُوا: وَمَا الفَأْلُ؟ قَالَ: الكَلِمَةُ الصَّالِحَةُ يَسْمَعُهَا أَحَدُكُمْ

“Tidak ada tathayyur (meyakini kesialan karena pertanda tertentu), dan yang terbaik adalah fa’l.’ Mereka bertanya: ‘Apakah fa’l itu?’ Beliau menjawab: ‘Yaitu ucapan baik (optimis) yang didengar oleh salah seorang di antara kalian.’” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dulu Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam menyukai pengharapan yang baik. Beliau juga melarang ucapan “Kalaulah” karena itu dapat membuka jalan bisikan setan dan salah satu pintu terbesar pesimisme. Ini tampak jelas dalam arahan Beliau Shallallahu Alaihi Wa Sallam:

اسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجِزْ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ، فَلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ: قَدَّرَ اللَّهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ؛ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ.

“Mintalah pertolongan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan jangan lemah. Jika sesuatu menimpamu, janganlah engkau berkata: ‘Seandainya aku melakukan ini, tentu akan begini dan begitu.’ Tetapi katakanlah: ‘Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menakdirkannya, dan apa yang Dia kehendaki, Dia lakukan.’ Karena kata ‘seandainya’ membuka pintu perbuatan setan.” (HR. Muslim).

Manhaj Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam dalam optimisme tampak jelas dalam penerapan beliau terhadap firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Boleh jadi kalian membenci sesuatu, padahal itu baik bagi kalian. Dan boleh jadi kalian menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagi kalian. Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).

Di antara contoh praktis dalam bersikap optimis dan menjauhi pesimisme adalah hadis yang diriwayatkan Imam Aal-Bukhari dan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam pernah menjenguk seorang Arab Badui –dan kebiasaan Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam apabila menjenguk orang sakit adalah mendoakan: “Laa ba’sa. Thahurun In Sya Allah” (Tidak mengapa, menjadi penyuci dari dosa, Insyaallah)– beliau pun mengucapkan kepadanya: “Laa ba’sa. Thahurun In Sya Allah”.

Orang Arab Badui itu lalu berkata, “Kamu berkata: ‘Thahur’ (penyuci)? Sama sekali tidak! Justru ini demam yang meluap, terhadap pria tua renta, dan membuatnya mendatangi kubur!” Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda: “Benar, kalau begitu!” Yakni bagimu kematian yang kamu sukai dan harapkan. Ibnu Hajar menyebutkan dalam kitab Fath Al-Bari, “Orang Arab Badui itu pun meninggal dunia.”

Optimisme: Kekuatanmu yang terus terbarui

Optimisme adalah karakter orang-orang bahagia, tunggangan orang-orang cerdas, bekal orang-orang bijak, dan tempat berlindung orang-orang cerdik, terlebih lagi pada waktu-waktu sulit, berat, dan genting. 

Sebaliknya, pesimisme merupakan kecondongan memperkirakan hal-hal yang buruk, menunggu musibah-musibah, dan mengisi hati dan pikiran dengan hal-hal kalut. Apabila optimisme itu dapat membahagiakan jiwa, meningkatkan hormon kebahagiaan, menambah semangat seseorang, dan mendorongnya untuk mencintai kehidupan, pekerjaan, dan bersabar atas cobaan, maka pesimisme hanya menutup semua pintu yang ada di hadapanmu, dan melenyapkan setiap solusi di depan kedua matamu, sehingga ia dapat melemahkan badan dan menyakitkan hati, bahkan terkadang menjadikan orang yang diuji dengan sakit enggan berobat dan menyerah dengan penyakitnya.

قَلِقٌ أَنْتَ فَمَنْ ذَا أَفْزَعَكَ؟ بُحْ بِمَا تَشْكُو وَقُلْ: مَنْ رَوَّعَكَ؟

Resahkah engkau? Siapa yang membuatmu takut?

Ungkapkanlah apa yang engkau keluhkan, dan katakan: siapa yang membuat hatimu gentar?

لَيْسَ فِي الدُّنْيَا نَعِيمٌ دَائِمٌ فَاطْرَحِ الحُزْنَ وَكَفْكِفْ أَدْمُعَكَ

Di dunia ini tidak ada kenikmatan yang abadi, Maka buanglah kesedihan dan sapulah air matamu.

وَابْتَسِمْ جَذْلَانَ، مَا جَدْوَى الأَسَى؟ رُبَّمَا إِنْ زَادَ يَوْمًا صَرَعَكَ

Tersenyumlah dengan riang, apa guna meratapi duka? Barangkali jika ia bertambah suatu hari, ia akan menjatuhkanmu.

أَنْتَ إِنْ تَضْحَكْ تُشَاطِرْكَ الدُّنَا وَإِذَا تَبْكِي فَمَنْ يَبْكِي مَعَكَ؟

Jika engkau tertawa, dunia akan ikut tertawa bersamamu. Namun jika engkau menangis, siapa yang akan menangis bersamamu?

Setiap penyakit ada obatnya

Ibnu Al-Qayyim Rahimahullah menyebutkan dalam kitabnya Zad Al-Ma’ad sebagai komentar terhadap sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam: “Setiap penyakit itu ada obatnya. Apabila obat telah mengenai penyakit, maka akan sembuh, dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala.” (HR. Muslim).

Ibnu Al-Qayyim berkata : “Dalam sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam (Setiap penyakit ada obatnya) terdapat penguatan bagi jiwa orang yang sakit dan dokter, serta dorongan untuk mencari pengobatan dan menelitinya, karena jika orang sakit merasa bahwa penyakitnya ada obat yang dapat menyembuhkan, maka hatinya akan bangkit dengan ruh harapan, mendinginkan panas putus asanya, dan terbuka pintu asanya.

Apabila jiwanya telah kuat, akan muncul panas bawaan tubuhnya, dan ini menjadi sebab kekuatan biologis, psikologis, dan metabolismenya. Apabila kekuatan-kekuatan ini telah muncul, maka akan kuat juga jiwa yang menghimpunnya, sehingga ia mampu melawan dan mencegah penyakit. Demikian juga dengan dokter, apabila mengetahui bahwa penyakit itu ada obatnya, ia akan sekuat tenaga untuk mencari dan menelitinya.”

Di antara tuntunan Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, beliau senantiasa menghembuskan optimisme kepada orang sakit, serta menebar dalam dirinya keceriaan, harapan sembuh, dan hadirnya kesehatan. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri dalam hadis marfu:

إِذَا دَخَلْتُمْ عَلَى المَرِيضِ فَنَفِّسُوا لَهُ فِي أَجَلِهِ، فَإِنَّ ذٰلِكَ لَا يَرُدُّ مِنَ القَدَرِ شَيْئًا، وَهُوَ يُطَيِّبُ نَفْسَهُ.

“Apabila kalian menjenguk orang yang sakit, maka berilah ia harapan dalam hal ajalnya. Karena hal itu tidak akan mengubah sedikit pun dari takdir, tetapi dapat menyenangkan dan menenangkan hatinya.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Makna kalimat “berilah ia harapan dalam hal ajalnya” yakni jadikanlah ia punya harapan hidup dan umur panjang, seperti dengan mengatakan kepadanya, “InsyaAllah, kesehatanmu akan pulih kembali, kamu sembuh dengan selamat, dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberimu umur yang panjang dan amalan yang baik” dan kalimat-kalimat yang semisalnya. Karena hal ini dapat menjadi penyemangat baginya dalam menghadapi ujian dan penenang hatinya. 

تَبَسَّمْ تَبَسَّمْ وَخَلِّ الهُمُومَ وَخَلِّ الغُمُومَ وَخَلِّ الضَّجَرْ

Tersenyumlah, tersenyumlah, dan jangan gelisah, tinggalkanlah kesedihan, dan tinggalkanlah keluh kesah.

وَحَلِّقْ بِحُلْمِكَ فَوْقَ النُّجُومِ وَكُنْ طَامِحًا تَجْنِ طِيبَ الثَّمَرْ

Terbanglah bersama mimpimu di atas bintang-bintang, Kuatkan hasrat, akan kau petik buahnya yang nikmat.

وَلَا تَكْتَئِبْ إِنْ بَدَا عَائِقٌ فَعَقِبَ الغَمَامِ نُزُولُ المَطَرْ

Jangan galau jika muncul rintangan, Karena setelah awan gelap, akan turun hujan.

تَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فِي كُلِّ حِينٍ تَجِدْ عَوْنَهُ ثَابِتًا قَدْ ظَهَرْ

Bertawakallah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala setiap saat, Niscaya engkau dapati pertolongan-Nya hadir begitu kuat.

أَيَا مَنْ تَأْمُلُ طِيبَ الحَيَاةِ تَفَاءَلْ سَتَلْقَى جَمِيلَ الأَثَرْ

Wahai engkau yang mengharapkan hidup bahagia, Optimislah, niscaya engkau dapatkan hasil yang indah.

Pikiran positif adalah obatmu

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa hati yang bahagia dapat membuat seseorang lebih sehat. Dijelaskan bahwa orang yang merasa optimis punya tingkat kolesterol yang lebih rendah, sedangkan keberadaan hormon ini dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah, perut buncit, dan penurunan fungsi sistem imunitas, serta masalah-masalah lainnya.

Penelitian – yang dipimpin Dr. Andrew Steptoe dari University College London dengan sampel penelitian 3 ribu orang dewasa sehat – ini mengungkapkan bahwa wanita yang punya optimisme lebih tinggi akan memiliki tingkat lebih rendah dalam darah dari dua jenis protein yang dapat menyebabkan penyebaran peradangan di dalam tubuh, dan diyakini bahwa peradangan kronis, seiring berjalannya waktu, berkontribusi pada serangkaian penyakit, termasuk penyakit jantung dan kanker.

Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa pesimisme dan kecondongan pada pikiran negatif terhadap masalah-masalah hidup dapat mengancam kesehatan jantung, terlebih lagi bagi para pengidap penyakit jantung dan serangan jantung. Para peneliti menjelaskan dalam penelitiannya yang dilakukan terhadap sekelompok pengidap penyakit jantung setelah pemantauan selama 10 tahun, bahwa orang-orang sakit yang pesimis dan ragu terhadap kemungkinan sembuh akan meningkat persentase angka kematiannya hingga dua kali lipat selama masa pemulihan, jika dibandingkan dengan mereka yang punya pikiran positif terkait kondisi kesehatan mereka.

Menanggapi hasil ini, Barefoot menjelaskan bahwa penelitian ini memberi saran bagi dokter tentang pentingnya perhatian terhadap apa yang diyakini oleh pasien terhadap penyakitnya, karena itu berpengaruh pada pemulihannya. Ini juga menjelaskan bagi mereka yang sakit bahwa harapan positif dalam hal ini tidak hanya memperbaiki perasaan mereka saja, tapi mungkin juga dapat membuat mereka hidup lebih lama.

Beroptimislah apa pun penyakitmu, apa pun yang dikatakan doktermu, dan bagaimanapun hasil pemeriksaanmu, karena kesembuhan ada di tangan Allah Subhanahu Wa Ta’ala semata, Dia lebih mengetahui apa yang terbaik bagimu. Bahkan ketika sakitmu terus berlanjut, kamu sebenarnya dalam kebaikan besar karena kesabaran dan pahalamu, urusan orang beriman semua baik baginya, apabila mendapat kebaikan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Apabila mendapat keburukan, ia bersabar, dan itu juga baik baginya, sebagaimana yang disabdakan Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam.

 

Sumber:

https://www.alukah.net/sharia/11874/179157/تفاءل-لتشفى/

Sumber artikel PDF

Flashdisk Video Belajar Iqro Belajar Membaca Al-Quran

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28