Tabarruk (Mencari Berkah)
1. البركة من الله تعالى، يختص بعض خلقه بما يشاء منها، فلا تثبت في شيء إلا بدليل. وهي تعني كثرة الخير وزيادته، أو ثبوته ولزومه . وهي في الزمان: كليلة القدر . وفى المكان: كالمساجد الثلاثة . وفى الأشياء: كماء زمزم . وفى الأعمال: فكل عمل صالح مبارك . وفى الأشخاص: كذوات الأنبياء، ولا يجوز التبرك بالأشخاص ـ لا بذواتهم ولا آثارهم ـ إلا بذات النبي صلى الله عليه وسلم وما انفصل من بدنه من ريق وعرق وشعر، إذ لم يرد الدليل إلا بها، وقد انقطع ذلك بموته صلى الله عليه وسلم وذهاب ما ذكر
2. التبرك من الأمور التوقيفية، فلا يجوز التبرك إلا بما ورد به الدليل .
1. Berkah berasal dari Allah Ta’ala. Namun Allah mengkhususkan sebagian makhluk-Nya dengan sebagian keberkahan sesuai yang Dia kehendaki. Oleh karena itu, sesuatu tidak boleh dinyatakan mempunyai berkah kecuali berdasarkan dalil. Berkah artinya kebaikan yang banyak dan bertambah atau kebaikan yang tetap dan tidak hilang. Waktu-waktu yang mengandung keberkahan seperti malam lailatul Qadar. Adapun tempat yang ada berkahnya seperti masjid yang tiga (Masjidilharam, masjid Nabawi dan masjid al-Aqsha). Benda yang ada berkahnya seperti air Zamzam. Amal yang ada berkahnya adalah setiap amal saleh yang memang diberkahi, dan pribadi yang ada berkahnya adalah seperti para nabi. Kita tidak boleh mencari berkah kepada manusia dan peninggalan mereka, kecuali kepada pribadi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sesuatu yang terpisah dari badannya, seperti air liur Beliau, keringat dan rambutnya karena dalil yang ada hanya menyatakan demikian. Namun hal ini tidak berlaku lagi setelah wafatnya Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hilangnya apa yang disebutkan itu..
2. Tabarruk (mencari berkah) termasuk perkara yang tawqifi (tergantung ada atau tidak dalilnya). Oleh karena itu, tidak boleh bertabarruk kepada sesuatu kecuali pada hal yang telah dinyatakan oleh dalil. (Mujmal Ushul Ahlissunah karya Dr. Nashir Al ‘Aql).
Penjelasan:
No. 1: Dalil bahwa berkah berasal dari Allah Ta’ala adalah firman Allah Ta’ala, ”Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di Tangan Engkaulah segala kebaikan…dst.” (QS. Ali Imran: 26).
Demikian juga berdasarkan hadits Ibnu Mas’ud, ia berkata, ”Kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan, lalu persediaan air sedikit, maka Beliau bersabda, ”Carilah sisa air.” para sahabat kemudian membawa wadah berisi sedikit air, maka Beliau memasukkan tangannya ke wadah tersebut, lalu bersabda, ”Marilah melakukan bersuci yang diberkahi, dan berkah itu datangnya dari Allah.” Ibnu Mas’ud berkata, ”Sungguh, aku melihat air keluar di antara jari-jari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari)
Berkah apabila mengenai sesuatu yang sedikit akan menjadi banyak, dan apabila mengenai sesuatu yang banyak maka akan menjadikannya bermanfaat. Di antara buah berkah yang paling besarnya adalah digunakannya perkara itu untuk ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ada beberapa hal yang ditunjukkan oleh nash (dalil) bahwa di sana terdapat keberkahan, di antaranya sbb:
1. Waktu yang diberkahi, seperti:
– Bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَتَاكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ
“Telah datang kepadamu bulan Ramadhan; bulan yang diberkahi.” (HR. Ahmad, Nasa’i dan Baihaqi dalam Asy Syu’ab, Shahihul Jami’ no. 55)
– Malam Lailatulqadr (lihat surah Al Qadr).
– Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيْهَا أَحَبُّ إِلىَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ – يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ – قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ ؟ قَالَ “وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ
“Tidak ada hari di mana amal saleh pada hari itu lebih dicintai Allah ‘Azza wa Jalla daripada hari-hari ini –yakni sepuluh hari (pertama bulan Dzulhijjah)- para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, tidak juga jihad fii sabiilillah?” Beliau menjawab, “Tidak juga jihad fii sabiilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa-raga dan hartanya, kemudian tidak bersisa lagi.” (HR. Bukhari, Abu Dawud dan Tirmidzi )
– Hari Jumat (berdasarkan hadits-hadits yang menerangkan keutamaan hari Jumat dan amalan yang disyari’atkan pada hari itu, di antaranya adalah bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).
– Sepertiga malam terakhir. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ : مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ ؟ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ ؟ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ ؟ » .
“Tuhan kita Tabaaraka wa Ta’aala turun setiap malam ke langit dunia ketika masih tersisa sepertiga malam terakhir, Dia berfirman, “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku akan berikan, dan barangsiapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka Aku akan ampunkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Tempat yang diberkahi, seperti:
– Masjid-masjid, terlebih masjid yang tiga (Masjidilharam, Masjid Nabawi dan Masjid al-Aqsha). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
صَلاَةٌ فِي مَسْجِدِيْ هَذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيْمَا سِوَاهُ مِنَ الْمَسَاجِدِ إِلاَّ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَ صَلاَةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةٍ فِي مَسْجِدِيْ هَذَا بِمِائَةِ صَلاَةٍ .
“Shalat di masjidku ini lebih utama daripada seribu kali shalat di masjid lainnya selain Masjidilharam, dan shalat di Masjidilharam lebih utama seratus kali daripada shalat di masjidku ini.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban, Shahihul Jami’ no. 3841)
– Berkah kota Mekah, Madinah dan Syam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdoa:
اَللَّهُمَّ إِنَّ إِبْرَاهِيْمَ كَانَ عَبْدُكَ وَ خَلِيْلُكَ دَعَاكَ لِأَهْلِ مَكَّةَ بِالْبَرَكَةِ وَ أَنَا مُحَمَّدٌ عَبْدُكَ وَ رَسُوْلُكَ أَدْعُوْكَ لِأَهْلِ الْمَدِيْنَةِ أَنْ تُبَارِكَ لَهُمْ فِي مُدِّهِمْ وَ صَاعِهِمْ مِثْلَيْ مَا بَارَكْتَ لِأَهْلِ مَكَّةَ مَعَ الْبَرَكَةِ بَرَكَتَيْنِ
”Ya Allah, sesungguhnya Ibrahim hamba-Mu dan kekasih-Mu pernah berdoa kepada-Mu agar diberikan keberkahan kepada penduduk Mekah. Aku Muhammad hamba-Mu dan Rasul-Mu berdoa untuk penduduk Madinah agar Engkau beri keberkahan pada mud dan sha’ mereka dua kali lipat dari yang Engkau berikan kepada penduduk Mekah; bersama satu berkah ada dua berkah.” (HR. Tirmidzi, Shahihul Jami’ no. 1272)
Beliau juga pernah bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالشَّامِ فَإِنَّهَا صَفْوَةُ بِلاَدِ اللهِ يَسْكُنُهَا خِيَرَتُهُ مِنْ خَلْقِهِ فَمَنْ أَبَى فَلْيَلْحَقْ بِيَمَنِهِ وَ لْيَسْقِ مِنْ غَدَرِهِ فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ تَكَفَّلَ لِيْ بِالشَّامِ وَ أَهْلِهِ .
”Berpeganglah kamu dengan Syam, karena ia negeri pilihan Allah yang ditempati oleh makhluk pilihan-Nya. Barangsiapa yang enggan, maka datangilah Yamannya, dan hendaknya ia memberi minum dari kolam-kolamnya, karena sesungguhnya Allah ’Azza wa Jalla menjamin Syam dan penduduknya.” (HR. Thabrani, Shahihul Jaami’ no. 4070)
3. Sesuatu yang diberkahi, seperti:
– Air zamzam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّهَا مُبَارَكَةٌ إِنَّهَا طَعَامُ طُعْمٍ – يَعْنِي زَمْزَمَ –
”Sesungguhnya ia diberkahi, ia merupakan makanan yang mengenyangkan (peminumnya),” maksudnya Air zamzam.” (HR. Ahmad dan Muslim)
– Minyak Zaitun (lihat surah An Nuur: 35).
– Habbatussauda’ (jintan hitam), Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فِي الْحَبَّةِ السَّوْدَاءِ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ إِلاَّ السَّامُ
”Dalam habbatussauda’ terdapat penawar dari segala penyakit selain maut.” (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, dan Ibnu Majah)
– Bercelak dengan itsmid (bahan yang digunakan untuk mencelak mata). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالْإِثْمِدِ عِنْدَ النَّوْمِ فَإِنَّهُ يَجْلُو الْبَصَرَ وَ يُنْبِتُ الشَّعْرَ
”Pakailah Itsmid ketika tidur, karena ia memperjelas penglihatan dan menumbuhkan bulu (mata).” (HR. Ibnu Majah dan Hakim)
4. Perbuatan yang diberkahi, yaitu semua amal saleh atau ketakwaan (lihat surah Al A’raf: 96 dan Ath Thalaq: 2-5).
5. Pada diri seseorang, yaitu pada diri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, termasuk ludahnya, keringatnya, dan rontokan rambutnya pada saat Beliau masih hidup. Urwah meriwayatkan dari Miswar dan Marwan, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah berdahak, melainkan dahaknya jatuh ke telapak salah seorang di antara sahabat, lalu ia menggosokkan ke muka dan kulitnya.” (HR. Bukhari). Perbuatan ini hanya khusus terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak terhadap orang yang saleh di antara umatnya.
Beberapa Kesalahan dalam Tabarruk (mencari berkah)
Kesalahan dalam tabarruk dapat dibagi dua:
1. Bertabarruk dengan sesuatu yang di sana tidak disebutkan ada berkahnya oleh nash.
Contohnya: bertabarruk dengan kuburan para wali, bertabarruk dengan pribadi orang saleh dan peninggalannya (seperti dengan ludahnya, keringatnya, sisa minumannya, pecinya, bajunya, dsb.) bertabarruk dengan hari Isra’-mi’raj, hari hijrah, hari terjadinya perang Badar, hari Fat-hu Makkah, dsb. Bertabarruk dengan tanah karbala, bertabarruk dengan keris, sabuk, jimat, dsb. Demikiian pula bertabarruk dengan nasi tumpeng, bertabarruk dengan pohon atau benda yang dikeramatkan. Bertabarruk dengan batu, dan lain-lain. Umar bin Khattab pernah berkata ketika mencium Hajar Aswad, ”Sungguh, aku tahu bahwa kamu hanya sebuah batu; tidak menimpakan bahaya dan tidak memberi manfaat. Kalau bukan karena aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, maka aku tidak akan menciummu.” (Diriwayatkan oleh Bukhari)
2. Bertabarruk dengan cara yang tidak sesuai sunah. Contohnya adalah mencium atau mengusap-usap dinding dan tanah masjid, bahkan yang benar adalah dengan melakukan berbagai ibadah di masjid tersebut seperti pada masjid yang tiga tidak hanya ziarah saja. Contoh lainnya adalah mengamalkan amalan yang tidak dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada waktu atau tempat yang diberkahi, seperti membaca surah Yasin pada malam atau siang hari Jumat. Membaca Barzanji dan ratib pada saat-saat tertentu, dsb.
Wallahu a’lam.
Oleh: Marwan bin Musa
Artikel www.Yufidia.com
Maraji’: Mujmal Ushul Ahlissunnah (Dr. Nashir Al ’Aql), Shahihul Jaami’ (Syaikh Al Albani), Syarah ’Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah (Ust. Yazid bin Abdul Qadir J.) Majalah Al Furqan tentang tabarruk (tulisan Ust. Abu Ahmad As Salafi), dll.