Tiga “Manfaat” Dosa
Aun bin Abdullah bin Utbah mengatakan,
اِهْتِمَامُ الْعَبْدِ بِذَنْبِهِ دَاعٍ إِلَى تَرْكِهِ وَنَدْمُهُ عَلَيْهِ مِفْتَاحٌ لِلتَّوْبَةِ وَلَا يَزَالُ الْعَبْدُ يَهْتَمُّ بِالذَّنْبِ يُصِيْبُهُ حَتَّى يَكُوْنَ أَنْفَعَ لَهُ مِنْ بَعْضِ حَسَنَاتِهِ
“Galau dengan dosa itu bermanfaat mendorong untuk meninggalkannya. Menyesali dosa itu bermanfaat sebagai kunci untuk bertaubat. Terus menerus memikirkan dosa itu bisa menyebabkan dosa itu lebih ‘bermanfaat’ dibandingkan sebagian amal kebaikan.” (Hilyah al-Auliya 4/251)
Ada tiga ‘manfaat’ dibalik maksiat yang dilakukan oleh seseorang:
PERTAMA:
Seorang yang masih aktif melakukan maksiat namun senantiasa galau dengan maksiat yang dilakukan itu akan terdorong untuk meninggalkan maksiat tersebut
Lain halnya dengan orang yang sudah benar-benar menikmati maksiat tersebut dan sama sekali tidak galau dengan keburukan yang dia lakukan, orang semisal ini tentu saja akan awet bermaksiat.
KEDUA:
Menyesali maksiat adalah pintu gerbang menuju taubat yang sesungguhnya
Bahkan menyesal adalah syarat pertama taubat yang sah.
KETIGA:
Dalam perjalanan taubat, senantiasa mengingat maksiat yang pernah dilakukan itu bermanfaat mengantarkan menuju inabah.
Dengan demikian maksiat bisa berubah menjadi lebih bermanfaat dibandingkan sebagian amal kebaikan.
Semoga Allah jadikan penulis dan semua pembaca tulisan ini sebagai tawwabin, orang yang gemar bertaubat. Aamiin.
Penulis: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.P.I.