فضل تربية البنات في السنة النبوية

البنات نعمة من نعم الله ـ عز وجل ـ علينا، متى ما قمنا بما افترضه الله علينا من الإحسان إليهن، ومن المعلوم أن العرب في الجاهلية كانوا لا يحبون البنات، ويترقبون الأولاد، للوقوف إلى جانبهم ومساندتهم في حياتهم وحروبهم، أما البنت فكانوا لا يحبونها، وكان عدم حبهم لها والخوف من عارها يحمل بعضهم على كراهتها بل وعلى قتلها ووأْدِها، كما قال الله تعالى ـ عن ذلك: { وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ * يَتَوَارَى مِنَ القَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ }(النحل الآية 58: 59)، وقال: { وَإِذَا الْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ * بِأَيِّ ذَنْبٍ قُتِلَتْ }(التكوير الآية: 8: 9)

Anak-anak perempuan merupakan salah satu nikmat dari Allah ‘Azza wa Jalla yang dikaruniakan kepada kita. Hal ini jika kita mengemban amanah ini sesuai dengan apa yang Allah wajibkan kepada kita dengan memperlakukan mereka dengan baik.

Sebagaimana diketahui bahwa orang-orang Arab pada zaman Jahiliyah tidak menyukai anak-anak perempuan dan selalu mengharap anak laki-laki, agar dapat menjadi penyokong dan pendamping mereka dalam kehidupan dan peperangan mereka. Adapun terhadap anak perempuan, mereka tidak menyukainya. Ketidaksukaan mereka ini, juga kekhawatiran mereka jika anak perempuan justru menjadi aib bagi mereka, membuat sebagian mereka membenci anak perempuan, dan bahkan mendorong mereka untuk membunuh dan menguburnya hidup-hidup, sebagaimana yang telah Allah Ta’ala firmankan tentang ini:

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ * يَتَوَارَى مِنَ القَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ

“Apabila salah seorang dari mereka diberi kabar tentang (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam) dan dia sangat marah (sedih dan malu). Dia bersembunyi dari orang banyak karena kabar buruk yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan (menanggung) kehinaan atau akan membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingatlah, alangkah buruk (putusan) yang mereka tetapkan itu!” (QS. An-Nahl: 58-59). Allah Ta’ala juga berfirman:

وَإِذَا الْمَوْءُودَةُ سُئِلَتْ * بِأَيِّ ذَنْبٍ قُتِلَتْ

“Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, ‘Karena dosa apa dia dibunuh?’” (QS. At-Takwir: 8-9).

 

حتى بعث الله نبينا محمداً ـ صلى الله عليه وسلم ـ، فجرَّم وحرم هذه الفِعلة الشنعاء وهي وأد البنات، فعن المغيرة بن شعبة ـ رضي الله عنه ـ أن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ قال : ( إنَّ الله حرَّم عليكم عقوق الأمهات، وَمَنْعاً وهات، ووَأد البنات، وكَرِهَ لكم قيل وقال، وكثرة السؤال، وإضاعة المال ) رواه البخاري

Hingga Allah mengutus Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu mengharamkan perbuatan kejam mengubur anak perempuan hidup-hidup. Diriwayatkan dari Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوقَ الأُمَّهَاتِ، وَمَنْعَ وَهَاتِ، وَوَأْدَ الْبَنَاتِ، وَكَرِهَ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ

“Sesungguhnya Allah mengharamkan terhadap kalian durhaka kepada para ibu, menolak menunaikan hak-hak orang lain, dan mengubur anak perempuan hidup-hidup, dan membenci dari kalian banyak menukil ucapan orang dengan berkata ‘katanya dan katanya’, banyak meminta (dan bertanya), dan menghambur-hamburkan harta.” (HR. al-Bukhari).

 

 

قال ابن حجر في ” فتح الباري”: قوله ـ صلى الله عليه وسلم ـ: ( ووَأدَ البنات ) هو دفن البنات بالحياة, وكان أهل الجاهلية يفعلون ذلك كراهة فيهن “

وعن عبد الله بن عباس ـ رضي الله عنه ـ قال: قال رسول الله ـ صلى الله عليه وسلم ـ : (مَنْ وُلِدَتْ له ابنةٌ فلم يئِدْها ولم يُهنْها، ولم يُؤثرْ ولَده عليها ـ يعني الذكَرَ ـ أدخلَه اللهُ بها الجنة ) رواه أحمد، وصححه الحاكم ووافقه الذهبي، وحسنه الشيخ أحمد شاكر ..

وهذان الحديثان وما جاء في معناهما يدلان صراحة على أنَّ البنات كنَّ محلاً لجهالات وبُغض بعض العرب إبان بعثة النبي ـ صلى الله عليه وسلم

Ibnu Hajar berkata dalam kitab “Fath al-Bari”, “Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam (وَوَأْدَ الْبَنَاتِ) yakni mengubur anak-anak perempuan hidup-hidup, dan dulu orang-orang Jahiliyah melakukan hal ini karena tidak suka anak-anak perempuan.”

Diriwayatkan juga dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 مَنْ وُلِدَتْ لَهُ ابْنَةٌ فَلَمْ يَئِدْهَا وَلَمْ يُهِنْهَا وَلَمْ يُؤْثِرْ وَلَدَهُ عَلَيْهَا – يَعْنِي الذّكَرَ – أَدْخَلَهُ اللَّهُ بِهَا الْجَنَّةَ

“Barang siapa yang dikaruniai anak perempuan, lalu ia tidak menguburnya hidup-hidup, tidak menghinakannya, dan tidak lebih pilih kasih terhadap anak laki-lakinya daripada dia, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga karena anak perempuan itu.” (HR. Ahmad. Dishahihkan al-Hakim, disepakati oleh adz-Dzahabi, dan dihasankan oleh Syaikh Ahmad Syakir).

Dua hadits ini dan hadits lain yang senada dengannya menunjukkan dengan jelas bahwa anak-anak perempuan adalah sasaran perbuatan jahil dan kebencian sebagian orang Arab sebelum diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 

 

لم يكتفِ النبيُّ ـ صلى الله عليه وسلم ـ بالنهي الشديد عن وأد البنات، بل جاء معتنياً بهن، بغية تصحيح مسار البشرية وإعادتها إلى طريق الإنسانية والرحمة، وتكريماً للبنات وحماية لهن، وحفظاً لحقوقهن، بل وأمر ـ صلى الله عليه وسلم ـ في أحاديث كثيرة بالإحسان إليهن، ووعد من يرعاهن ويحسن إليهن بالأجر الجزيل والمنزلة العالية، ومن ذلك :

عن أنس بن مالك ـ رضي الله عنه ـ قال: قال رسول الله ـ صلى الله عليه وسلم ـ: ( مَنْ عال جارتين (بنتين) حتى تبلغا، جاء يوم القيامة أنا وهو وضم أصابعه ) رواه مسلم

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak hanya memberi larangan keras mengubur anak-anak perempuan, tapi juga memberi perhatian besar terhadap mereka, dengan harapan dapat meluruskan alur peradaban manusia, dan mengembalikannya ke jalan yang manusiawi dan penuh kasih sayang. Juga sebagai penghormatan dan perlindungan bagi mereka dan hak-hak mereka. Bahkan dalam banyak hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk bersikap baik kepada anak-anak perempuan, dan menjanjikan bagi orang yang mengasuh dan memperlakukan mereka dengan baik pahala yang besar dan kedudukan yang mulia. Di antara hadits-hadits ini adalah:

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تُدْرِكَا، دَخَلْتُ أَنَا وَهُوَ فِي الْجَنَّةِ كَهَاتَيْنِ

“Barang siapa yang menanggung dua anak perempuan hingga mereka baligh, maka aku dan dia akan masuk surga seperti dua jari ini (dan beliau mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengahnya).” (HR. Muslim).

 

 

وعن عائشة ـ رضي الله عنها ـ قالت: ( دخلتْ امرأةٌ معها ابنتانِ لها تسأَل (فقيرة)، فلم تجدْ عندي شيئًا غيرَ تمرةٍ، فأَعطيتُهَا إيَّاها، فَقَسَمَتْهَا بينَ ابنتيْها ولم تأكُلْ منها، ثم قامتْ فخرجتْ، فدخلَ النبيُّ ـ صلى الله عليه وسلم ـ علينا فأخبرته، فقال: من ابْتُلِي من هذهِ البناتِ بشيٍء كُنَّ لهُ سِترًا من النار ) رواه البخاري

وعن أنس ـ رضي الله عنه ـ أن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ قال: ( مَن عال ابنتينِ أو ثلاثًا، أو أختينِ أو ثلاثًا، حتَّى يَبِنَّ (ينفصلن عنه بتزويج أو موت)، أو يموتَ عنهنَّ كُنْتُ أنا وهو في الجنَّةِ كهاتينِ – وأشار بأُصبُعِه الوسطى والَّتي تليها ) رواه ابن ماجه وصححه الألباني

Diriwayatkan juga dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia menceritakan:

دَخَلَتِ امْرَأَةٌ مَعَهَا ابْنَتَانِ لَهَا تَسْأَلُ، فَلَمْ تَجِدْ عِنْدِي شَيْئًا غَيْرَ تَمْرَةٍ فَأَعْطَيْتُهَا إِيَّاهَا، فَقَسَمَتْهَا بَيْنَ ابْنَتَيْهَا وَلَمْ تَأْكُلْ مِنْهَا، ثُمَّ قَامَتْ فَخَرَجَتْ، فَدَخَلَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم عَلَيْنَا، فَأَخْبَرْتُهُ فَقَالَ ‏ “‏ مَنِ ابْتُلِيَ مِنْ هَذِهِ الْبَنَاتِ بِشَىْءٍ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ 

“Ada seorang wanita yang meminta-minta bersama dua anak perempuannya, tapi aku tidak punya sesuatu untuk diberikan kepadanya kecuali sebutir kurma. Aku pun memberikan kurma itu kepadanya. Wanita itu lalu membaginya untuk kedua putrinya, dan ia sendiri tidak ikut makan kurma itu. Wanita itu pun berdiri dan pergi. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang, lalu aku menceritakan kejadian tadi kepada beliau, lalu beliau bersabda, ‘Barang siapa yang mendapat suatu cobaan berupa anak-anak perempuan ini, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari neraka.’” (HR. al-Bukhari).

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ عَالَ ابْنَتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا، أَوْ أُخْتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا، حَتَّى يَبِنَّ–  يَنْفَصِلْنَ عَنْهُ بِتَزْوِيْجٍ أَوْ مَوْتٍ – أَوْ يَمُوتَ عَنْهُنَّ كُنْتُ أَنَا وَهُوَ فِي الْجَنَّةِ كَهَاتَيْنِ – وَأَشَارَ بِأُصْبُعِهِ الْوُسْطَى وَالَّتِي تَلِيْهَا

“Barang siapa yang menanggung hidup dua atau tiga anak perempuan, atau dua atau tiga saudara perempuan hingga mereka berpisah darinya – karena menikah atau meninggal dunia – atau hingga ia meninggal dunia, maka aku dan dia di surga seperti dua jari ini – dan beliau memberi isyarat dengan jari tengah dan telunjuk beliau.” (HR. Ibnu Majah. Dishahihkan oleh al-Albani).

 

 

وعن عقبة بن عامر ـ رضي الله عنه ـ أن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ قال: ( مَنْ كان له ثلاث بنات فصبَرَ علَيْهِنَّ، وأطعَمَهُنَّ وسقاهُنّ، وكساهُنَّ مِنْ جِدَتِهِ (سعته وطاقته)، كُنَّ لَهُ حجاباً مِن النارِ يومَ القيامة )، وفي رواية الترمذي عن عائشة ـ رضي الله عنها ـ لم يحدد النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ عددا من البنات، فقال: ( مَن ابتُلي بِشَيءٍ من البناتِ فصبرَ عليهِنَّ كُنَّ له حجاباً من النَّار )

قال النووي: ” قوله ـ صلى الله عليه وسلم ـ: ( من ابتلي بِشَيءٍ من البناتِ ) إِنَّمَا سَمَّاهُ اِبْتِلاء لأَنَّ النَّاس يَكْرَهُونَهُنَّ في الْعَادَ،ة وَقَالَ اللَّه تعالَى: { وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدهمْ بِالأُنْثَى ظَلَّ وَجْهه مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيم }( النحل الآية 58) “

Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ ثَلَاثُ بَنَاتٍ فَصَبَرَ علَيْهِنَّ، وَأَطْعَمَهُنَّ وَسَقَاهُنَّ، وَكَسَاهُنَّ مِنْ جِدَتِهِ كُنَّ لَهُ حِجَاباً مِنَ النَّارِ يَومَ الْقِيَامَةِ

“Barang siapa yang punya tiga anak perempuan, lalu ia bersabar atas mereka, memberi makan dan minum kepada mereka, dan memberi mereka pakaian sesuai kadar kesanggupannya, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka pada Hari Kiamat.” Sedangkan dalam riwayat at-Tirmidzi dari Aisyah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyebutkan jumlah tertentu dari anak perempuan. Beliau bersabda:

مَنِ ابْتُلِيَ بِشَىْءٍ مِنْ الْبَنَاتِ فَصَبَرَ علَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ حِجَاباً مِنَ النَّارِ

“Barang siapa yang diberi cobaan dengan anak-anak perempuan, lalu ia bersabar atas mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.” (HR. at-Tirmidzi).

An-Nawawi berkata, “Dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Barang siapa yang diberi cobaan dengan anak-anak perempuan’ beliau menyebut mereka sebagai cobaan karena biasanya manusia tidak menyukai anak perempuan. Allah Ta’ala berfirman:

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ 

‘Apabila salah seorang dari mereka diberi kabar tentang (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam) dan dia sangat marah (sedih dan malu).’ (QS. An-Nahl: 58).”

 

 

وعن أبي سعيد الخدري ـ رضي الله عنه ـ قال: قال رسول الله ـ صلى الله عليه وسلم ـ: ( مَن كان له ثلاثُ بناتٍ أو ثلاثُ أخَوات، أو ابنتان أو أُختان، فأحسَن صُحبتَهنَّ واتَّقى اللهَ فيهنَّ َفلهُ الجنَّةَ ) رواه الترمذي .

وقوله ـ صلى الله عليه وسلم ـ في الحديث: ( أو ) للتنويع لا للشك، ففي رواية جابر بن عبد الله ـ رضي الله عنه ـ أن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ قال: ( مَن كان له ثلاثُ بناتٍ يُؤدِّبُهنَّ ويرحَمُهنَّ ويكفُلُهنَّ وجَبَت له الجنَّةُ ألبتةَ، قيل يا رسولَ اللهِ: فإن كانتا اثنتينِ؟، قال: وإن كانتا اثنتين، قال: فرأى بعضُ القوم أن لو قال: واحدةً، لقال: واحدة ) رواه أحمد وصححه الألباني .

Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 مَن كان له ثلاثُ بناتٍ أو ثلاثُ أخَوات، أو ابنتان أو أُختان، فأحسَن صُحبتَهنَّ واتَّقى اللهَ فيهنَّ َفلهُ الجنَّةَ

“Barang siapa yang memiliki tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan, atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu ia memperlakukan mereka dengan baik dan bertakwa kepada Allah dalam mengurus mereka, maka baginya surga.” (HR. at-Tirmidzi). Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini, “atau” memiliki makna kemungkinan, bukan karena keraguan antara ini dan itu. 

Dalam riwayat Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَن كان له ثلاثُ بناتٍ يُؤدِّبُهنَّ ويرحَمُهنَّ ويكفُلُهنَّ وجَبَت له الجنَّةُ ألبتةَ، قيل يا رسولَ اللهِ: فإن كانتا اثنتينِ؟، قال: وإن كانتا اثنتين، قال: فرأى بعضُ القوم أن لو قال: واحدةً، لقال: واحدة

“Barang siapa yang memiliki tiga anak perempuan, lalu ia mendidik, mengasihi, dan mengurus mereka, maka ia pasti mendapatkan surga.” Beliau lalu ditanya, “Wahai Rasulullah, kalau dua anak perempuan?” Beliau menjawab, “Juga (yang memiliki) dua anak perempuan.” Jabir berkata, “Lalu sebagian orang berpendapat seandainya yang bertanya itu mengatakan, ‘Bagaimana kalau satu?’ Niscaya beliau menjawab, ‘Juga satu anak perempuan.’” (HR. Ahmad. Dishahihkan oleh al-Albani).

 

 

وعن عائشة ـ رضي الله عنها ـ قالت: قال رسول الله ـ صلى الله علي وسلم ـ: ( ليسَ أَحَدٌ من أمتي يعولُ ثلاثَ بنات، أو ثلاثَ أخوات، فيُحْسِنَ إليهنَّ إلا كُنَّ لهُ سِترًا من النارِ ) رواه الطبراني وصححه الألباني

قال المباركفوري: ” واختُلِفَ في المراد بالإحسان هل يقتصر به على قدر الواجب، أو بما زاد عليه؟، والظاهر الثاني، وشرط الإحسان أن يوافق الشرع لا ما خالفه، والظاهر أن الثواب المذكور إنما يحصل لفاعله إذا استمر إلى أن يحصل استغناؤهن بزوج أو غيره

Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ليسَ أَحَدٌ من أمتي يعولُ ثلاثَ بنات، أو ثلاثَ أخوات، فيُحْسِنَ إليهنَّ إلا كُنَّ لهُ سِترًا من النارِ

“Tidaklah ada seseorang dari umatku yang menanggung hidup tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan, lalu ia memperlakukannya dengan baik, melainkan mereka akan menjadi penghalang baginya dari neraka.” (HR. ath-Thabrani. Dishahihkan oleh al-Albani).

Al-Mubarakfuri berkata, “Ada perbedaan pendapat pada maksud dari perlakuan yang baik, apakah cukup dengan kadar wajibnya saja, atau harus lebih dari itu. Namun, pendapat yang lebih kuat adalah yang kedua, dan syarat dari perlakuan yang baik adalah yang sesuai dengan Syariat, bukan yang menyelisihinya. Tampaknya pahala yang disebutkan dalam hadits ini dapat diraih pelakunya jika ia konsisten dalam melakukannya hingga anak-anak atau saudara-saudara perempuan itu tidak membutuhkannya lagi karena menikah atau sebab lainnya.”

 

 

وفي هذه الأحاديث تأكيد النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ على حق البنات على آبائهم أو من يقوم على تربيتهن، وذلك لما فيهن من الضعف غالباً عن القيام بمصالح أنفسهن، وليست القضية طعاماً ولباساً وتزويجاً فقط، بل أدباً ورحمة، وحسن تربية واتقاءً للهِ فيهنَّ، فالعَوْل في الغالب يكون بالقيام بمئونة البدن، من الكسوة والطعام والشراب والسكن والفراش ونحو ذلك، وكذلك يكون في غذاء الروح، بالتعليم والتهذيب والتوجيه، والأمر بالخير والنهي عن الشر، وحسن التربية، وهذه فائدة جمع الروايات في الحديث 

 

قال النووي: ” ومعنى عالهما قام عليهما بالمؤنة والتربية ونحوهما “

Hadits-hadits tersebut merupakan penegasan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap hak anak-anak perempuan yang wajib ditunaikan orang tua atau orang yang bertugas mendidik mereka. Hal ini karena anak-anak perempuan seringkali punya kelemahan dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Namun, perkara ini tidak hanya sebatas memberi makan dan minum, serta menikahkan mereka saja, tapi juga memperlakukan dengan baik dan penuh kasih sayang, serta mengasuh mereka sebaik mungkin disertai ketakwaan kepada Allah dalam mengurus mereka.

Menanggung nafkah biasanya berupa memenuhi kebutuhan jasmani, seperti pakaian, makanan, minuman, tempat tinggal, tempat tidur, dan lain sebagainya. Juga berkaitan dengan memenuhi nutrisi rohani, seperti memberi pendidikan, nasihat, pengarahan, perintah menuju kebaikan, dan larangan terhadap keburukan, serta pengasuhan yang baik. Inilah manfaat dari menghimpun riwayat-riwayat hadits tentang hal ini.

An-Nawawi berkata, “Makna dari kata ‘menanggung hidup dua anak perempuan itu…’ yakni memberi nafkah dan pengasuhan kepada mereka, dan lain sebagainya.”

 

 

وقال ابن باز: ” وهذا يدل على فضل الإحسان إلى البنات والقيام بشئونهن، رغبةً فيما عند الله ـ عز وجل ـ فإن ذلك من أسباب دخول الجنة والسلامة من النار، ويُرْجَى لمن عال غير البنات من الأخوات والعمات والخالات وغيرهن من ذوي الحاجة فأحسن إليهن وأطعمهن وسقاهن وكساهن أن يحصل له من الأجر مثل ما ذكر النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ في حق من عال ثلاث بنات، وفضْل الله واسع ورحمته عظيمة، وهكذا من عال واحدة أو اثنتين من البنات أو غيرهن فأحسن إليهن يُرجى له الأجر العظيم والثواب الجزيل .. “، وقال: ” الإحسان للبنات ونحوهن يكون بتربيتهن التربية الإسلامية وتعليمهن، وتنشئتهنّ على الحق، والحرص على عفتهن، وبعدهن عما حرم الله من التبرج وغيره، وبذلك يُعلم أنه ليس المقصود مجرد الإحسان بالأكل والشرب والكسوة فقط، بل المراد ما هو أعم من ذلك من الإحسان إليهن في عمل الدين والدنيا “

Syaikh bin Baz berkata, “Ini menunjukkan keutamaan berbuat baik kepada anak perempuan dan menunaikan kebutuhan-kebutuhan mereka, dengan mengharap pahala yang ada di sisi Allah ‘Azza wa Jalla. Ini adalah salah satu sebab masuk surga dan selamat dari neraka. 

Diharapkan juga bagi orang yang menanggung hidup perempuan-perempuan selain anak-anak perempuan – seperti saudara perempuan, bibi dari pihak ayah, bibi dari pihak ibu, dan lainnya yang punya kebutuhan, lalu ia memperlakukan mereka dengan baik, memberi makanan, minuman, dan pakaian kepada mereka – untuk mendapat pahala seperti yang telah disebutkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang orang yang menanggung hidup anak-anak perempuan, karena karunia Allah sangat luas dan rahmat-Nya sangat besar.

Demikian juga orang yang menanggung hidup satu atau dua anak perempuan, atau keluarganya yang perempuan lainnya, dan dia memperlakukan mereka dengan baik, diharapkan ia mendapat pahala yang besar dan melimpah.”

Syaikh bin Baz juga menambahkan, “Berbuat baik kepada anak-anak perempuan dan keluarganya yang perempuan lainnya adalah dengan mendidik mereka sesuai dengan tuntunan Islam, mengasuh mereka di atas kebenaran, berusaha menjaga kehormatan diri mereka, dan menjauhkan mereka dari hal-hal yang diharamkan Allah, seperti mengumbar aurat dan lain sebagainya. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa maksudnya bukan sekedar baik dalam memberi makanan, minuman, dan pakaian saja, tapi maksudnya lebih luas daripada itu, yaitu berbuat baik terhadap mereka dalam urusan agama dan dunia.”

 

 

لقد رفع النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ قيمة ومنزلة البنات، وجعل لمن رزقه الله بنات بل بنتاً واحدة من الفضائل والمِنح، ما تمتدُّ نحوَها الأعناق، وتهفو إليها القلوب .. فيا عائلاً للبنات، أبشِر بحِجاب من النار، وأبشر بالجَنَّة بصُحْبة النبي المختار ـ صلى الله عليه وسلم ـ فهو القائل: ( مَن عال ابنتينِ أو ثلاثًا، أو أختينِ أو ثلاثًا حتَّى يَبِنَّ أو يموتَ عنهنَّ كُنْتُ أنا وهو في الجنَّةِ كهاتينِ – وأشار بأُصبُعِه الوسطى والَّتي تليها )

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah meninggikan nilai dan derajat anak-anak perempuan, dan menetapkan bagi orang yang diberi oleh Allah anak-anak perempuan, bahkan yang diberi satu anak perempuan banyak keutamaan dan karunia yang membuat leher menoleh kepadanya dan hati tertuju ke arahnya. Oleh sebab itu, wahai orang yang menanggung hidup anak-anak perempuan, bergembiralah dengan penghalang dari neraka! Bergembiralah dengan surga bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena beliau telah bersabda:

مَنْ عَالَ ابْنَتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا، أَوْ أُخْتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا، حَتَّى يَبِنَّ أَوْ يَمُوتَ عَنْهُنَّ كُنْتُ أَنَا وَهُوَ فِي الْجَنَّةِ كَهَاتَيْنِ – وَأَشَارَ بِأُصْبُعِهِ الْوُسْطَى وَالَّتِي تَلِيْهَا

“Barang siapa yang menanggung hidup dua atau tiga anak perempuan, atau dua atau tiga saudara perempuan hingga mereka berpisah darinya atau hingga ia meninggal dunia, maka aku dan dia di surga seperti dua jari ini, dan beliau memberi isyarat dengan jari tengah dan telunjuk beliau.

 

Sumber: 

https://www.islamweb.net/ar/article/200890/فضل تربية البنات في السنة النبوية

Sumber artikel PDF

Flashdisk Video Belajar Iqro Belajar Membaca Al-Quran

KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI: +62813 26 3333 28